Melihat era reformasi, dengan telah beberapa kali pergantian Kepala Negera di negeri ini, Tokoh Muda Indonesia Timur, yang juga Pengusaha Nasional, Wali Y.SR menilai, belum ada pemimpin di negeri ini yang sehebat Presiden RI kedua Soeharto, karena Presiden Soeharto waktu itu memang betul-betul peduli dengan Rakyat Kecil, khususnya Petani dan Nelayan, berikut petikan wawancara dengan Wali Y, SR.
Bagaimana menurut anda, kondisi masyarakat dan bangsa saat ini ?
Wali : Selaku pengusaha, saya lihat semenjak pak SBY memimpin Negara ini, ekonomi dan penegakan hukum sudah baik, namun dibidang ketatanegaraan justru carutmarut, karena banyak lembaga baru yang dibentuk yang justru menimbulkan masalah baru, belum lagi dengan dihapuskanya GBHN oleh DPR membuat pembangunan justru tidak terarah, oleh sebab itu saya berharap pak SBY dalam membantun ekonomi, hukum, politik, budaya dan keamanan dapat seperti pak Harto dulu.
Pembangunan seperti apa ?
Wali ; saya melihat kepemimpinan pak Harto kelompok Tani dan Nelayan, sebagai masyarakat penggerak pembangunan di daerah, waktu itu benar-benar diperhatikan, dimana disetiap desa dibentuk Klompencapir, dan pemerintah pusat menyerap aspirasi mereka, dalam membangun pertanian di desa-desa, sehingga Indonesia mampu berswasembada beras, bahkan mengirim beras keluar negeri, dan tidak seperti sekarang dengan mengimpor beras begitu besar, padahal ladang kita subur, kita prihatin sekarang klompencapir sudah tidak ada, dan Koperasi Unit Desa yang waktu itu mensuplai pupuk dan benih padi sudah tidak ada lagi. Waktu kepemimpinan pak Harto seluruh irigasi mulai hulu sampai hilir dibangun dengan baik, sudah berapa waduk penampingan air yang dibangun, belum lagi irigasi kecil ke sawah-sawah, pengadaan pupuk terkendali dimana peran KUD cukup bagus dalam bekerjasama dengan industri Pupuk,sehingga harga pupuk dan jumlah yang dibutuhkan tersedia, semua diperhatikan sehingga petani dapat menanam padi dengan baik dimusim tanam. Oleh sebab itu saya berharap Pemerintah Sekarang maupun Pemerintah yang akan datang, akan dapat menghidupkan lagi peran-peran kelompok tani dan nelayan di desa-desa. Guna menggerakkan ekonomi masyarakat.
Perhatian seperti apa menurut anda yang harus dilakukan Pemerintah di Era Otonomi darah seperti sekarang ini ?
Wali : sebagai pengusaha yang juga bergerak dibidang pertanian dan perkebunan, selama ini saya banyak turun ke masyarakat, dan ternyata keluhan-keluhan masyarakat cukup banyak, bagaimana dulu pak Harto sering menggelar dialog dengan petani dan nelayan, namun saat ini sudah tidak ada pejabat lagi yang mau turun kebawah, Menteri Pertanianpun tidak dikenal oleh Petani, karena memang tidak pernah turun berdialog dengan petani, belum lagi beberapa organisasi wadah Petani justru menjadi komoditas politik, dan realisasi dalam memperjuangkan petani tidak ada. Diera otonomi darah, banyak Dinas Pertanian digabung dengan dinas yang tidak terkait, dan kepala dinasnya juga tidak paham akan pertanian, ini makin memperpuruk pertanian di daerah-daerah.
Kalau dahulu ada Repelita yang secara khusus membangun pertanian, apakah hal itu perlu saat ini.
Wali : Ya….. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) itu perlu, karena itu juga sebagai komitmen bersama dalam pembangunan terencana, sehingga semua terarah dan jelas, sementara saat ini konsep dan program tinggal program, namun pelaksanaan di lapangan sangat kecil, Menteri Pertanian sebagai pembantu Presiden rupaya tidak memahami apa yang diharapkan Presiden SBY, Menteri pertanian tidak memiliki analisa yang cukup tentang memajukan pertanian. Oleh sebab itu pemimpin Indonesia dimasa yang akan datang haruslah orang yang bisa memperjuangkan sektor pertanian dan kelautan, untuk meraih kejayaan pangan dunia, oleh petani-petani kita.
0 komentar:
Posting Komentar