Meskipun ada beberapa pengamat politik menilai, bahwa Pemerintah Indonesia belum pantas menerima penghargaan Global Champion For Desaster Risk Reduction, karena masih banyak masalah penanganan bencana yang belum terselesasikan, namun harus kita akui secara jujur, bahwa sejak tragedy Bencana Tsunami melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam (NAD), program penanganan bencana, khususnya pengurangan resiko bencana sudah cukup baik, dan pantas mendapatkan acungan jempol.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas DR. Sutopo Purwo Nugroho, bahwa sebenarnya antisipasi bencana jauh-jauh hari suda disiapkan, karena Indonesia memang memiliki daerah yang rawan bencana, dimana koordinasi beberapa kementrian sudah lama dijalin, seperti Departemen Sosial (Kementrian Sosial RI), Departemen Kesehatan (Kemenkes), Departemen Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Kementrian Peranan Wanita, Kementrian Agama, Kementrian Dalam Negeri serta Kementrian lainnya dibawah koordinasi Menkokesra, telah memiliki progam bersama dalam mengatasi bencana. Bahkan masing-masing kementrian telah membentuk Satgas Penanggulangan Bencana.
Peranserta masyarakat, baik melalui Ormas,OKP, LSM, Universitas, PMI maupun beberapa perusahaan, telah bersama-sama terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penanganan setiap bencana, bahkan peran serta masyarakat tersebut juga sudah dituangkan dalam UU No.24 tahun 2007 tentang penanggulangan Bencana, dan dalam UU yang disusun oleh Pemerintah bersama DPRRI tersebut, juga mengakomodir akan dibentuknya Badan setingkat Kementrian, yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)¸serta didukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan dalam salahsatu pasalnya menyatakan bahwa penguragan resiko bencana, sebagai faktor atau elemen wajib dilaksanakan dalam setiap langkah pembangunan pabrik, infrastukture, perkantoran, sekolah, Perumahan dan lainnya.
Demikian juga anggaran untuk pengurangan resiko bencana, tahun demi tahun terus meningkat, dan ditahun 2011 ini kenaikannya hingga 1.000%, disamping itu saat ini, Penanggulangan Bencana juga sudah masuk dalam kurikulum pendidikan, guna membekali anak-anak sejak dini, untuk mengantisipasi resiko bencana, hal tersebut sebagai komitmen Pemerintah Indonesia dalam menekan resiko bencana, sehingga sudah sangat pantas apabila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dianugerahi oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dalam pertemuan Global Platform For Disaster Risk Reduction di Genewa, sebagai Tokoh Dunia Untuk Pengurangan Risiko Bencana. Dan penghargaan tersebut juga atas peranseta seluruh elemen masyarakat dan bangsa Indonesia, tegas DR. Sutopo Purwo Nugroho.
Seme
ntara dalam telekonferance yang digelar saat jumpa PERS, dengan Kepala BNPB, DR Syamsul Maarif, yang mewakili Presiden SBY dalam menerima penghargaan Global Champion For Disaster Risk Reduction di Genewa Thrd Session, menegaskan, bahwa pertemuan Global Platform For Disaster Risk Reduction ini, dihadiri 2.500 peserta dari 160 negara, dan untuk penilaian juga melalui beberapa tahap, dan dengan penghargaan ini, akan menjadi motivasi bagi seluruh masyarakat Indonesia, untuk lebih aktif lagi dalam penanganan bencana, Indonesia juga akan menjadi tempat pelatihan bari Negara lain, untuk penanganan masalah kebencanaan, beberapa Negara telah melakukan kerjasama lebih lanjut, akan upaya pengurangan resiko bencana, tegasnya.