Dalam sambutanya Wamendikbud mengaku berterimakasih pada Universitas Trilogi yang telah membantu Pemerintah dalam mencetak SDM Profesional dan unggul, yaitu Sarjana S1 maupun Pasca Sarjana (S2), diakuinya Universitas milik Pemerintah jumlahnya tidak banyak, demikian juga dalam meluluskan Sarjana, saat ini partisipasinya baru mencapai 25%, dan yang terbanyak masih lulusan Lembaga Pendidikan Tinggi Swasta, dengan telah bergantinya STEKPI menjadi Universitas Trilogi tersebut, diharapkank partisipasi dalam meluluskan Sarjana dapat lebih meningkat, pintanya.
Sementara dalam sambutannya Rektor Universitas Trilogi,DR. Subiakto Tjakrawerdaya mengatakan, pergantian nama tersebut mengusung tiga motto yaitu Technopreuner, Kolaborasi dan Kemandiarian. Dimana Technopreuner yaitu wirausaha yang membawa teknologi sebab wirausaha tidak berkembang tanpa pengetahuan tentang teknologi, kedua Kolaborasi yaitu harus berkelompok untuk mengembangkan usaha karena tidak mungkin secara sendiri membangun usaha serta kemandirian," ujarnya.
Latar belakang perubahan nama tersebut, lanjutnya berangkat dari situasi yang ada di Indonesia yaitu kemiskinan, krisis pangan dan energi. Menurutnya, kemiskinan yang ada saat ini jauh berbeda dengan yang ada pada zaman Orde Baru sebab saat ini kemiskinan harus berhadapan dengan tantangan global berupa pasar bebas (Free Trade). "Ada tuntutan zaman, bangsa kita saat ini mengahadapi kemiskinan apalagi di 2015 ini akan ada persaingan global (Free Trade). Kita sepertinya belum siap. Kalau kondisinya seperti itu terus, habislah negara kita ini," ucapnya.
Soal pangan dan energi, Mantan Mentri Koperasi dan UKM di zaman Orde Baru ini sangat risau, pasalnya sampai saat ini kedua hal tersebut masih di impor secara masif oleh pemerintah kendati sumber daya alam masih mencukupi. "Kita ini masih impor besar-besaran, sedangkan sumber daya alam kita besar sekali, ini ironisnya Indonesia," ujarnya.
Saat ini Universitas Trilogi akan terus mendidik kader-kader bangsa, sehingga mereka nantinya mampu mengelola kekayaan alam kita secara riil. "Kita bisa menguasai Asia Pasifik dengan 240 juta mahasiswa saat ini," tegas DR. Subiakto Tjakrawerdaya. (UL).