Keris sebagai khasanah budaya Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai cagar budaya non bendawi setelah wayang dan batik, perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar pemahaman keris yang konon mengandung mistik serta menyimpan banyak jin adalah hal yang tidak benar. “Keris adalah karya seni yang memiliki falsafah yang bisa diterapkan dalam kehidupan, jadi tidak benar dan pemahaman yang keliru kalau keris itu mengandung kekuatan mistik,” Jelas Toni Yunus dari Komunitas Panji.
Keris senjata tikam yang merupakan salah satu karya seni budaya yang dimiliki oleh Indonesia, merupakan identitas dan ciri khas yang mencerminkan Indonesia sebagai bangsa yang besar.”Hal tersebutlah yang mengilhami terbentuknya Komunitas Panji Nusantara, yang bertujuan untuk mengembangkan budaya perkerisan agar tidak putus dan mengekspresikan hasil karya baru supaya budaya keris tidak luntur,” tegas Toni.
Komunita Panji Nusantara yang dibentuk sejak tahun 2005, menurut Toni memiliki misi untuk meluruskan pemahaman yang keliru serta mensosialisasikan khususnya kepada generasi muda bahwa keris sebagai senjata tikam agar tidak dikeramatkan. “Untuk itu Komunitas Panji Nusantara akan menggelar pameran keris yang bertajuk Keris Kamardikan,” terang Toni. Komunitas Panji Nusantara saat ini beranggotakan lebih dari 600 orang. “Yang menarik 20% anggota Panji Nusantara adalah orang asing, seperti Prancis, Jerman, Belanda, Singapura, Hawai dan Brunei Darusallam,” katanya.
Sosok Toni Yunus yang menggeluti dunia perkerisan sejak tahun 1976 kini telah mampu menciptakan beragam jenis keris. “Ada dua cara untuk melestarikan kerioni. Pertama menurutnya, harus mampu meneliti dan membedakan antara keris sepuh/tua dengan baru. “Keris sepuh harus dirawat atau ditempatkan seperti di museum-museum yang terkait dengan peninggalan budaya dan sejarah, seperti Museum Nasional, sedangkan pelestarian berkelanjutan dengan cara menciptakan keris-keris baru serta membina seniman-seniman keris,” terang Toni.
Dalam pameran Kridaya Toni Yunus menampilkan 30 jenis keris. “Ini adalah pameran kedua yang saya ikuti dan semua keris yang dipamerkan memiliki motif atau pamor karena terbuat dari batu meteor, semua ini mengandung falsafah dan nilai0nilai kehidupan luhur sesuai dengan budaya Indonesia dan tidak mengandung mistik apapun di keris ini,” urai Toni.
Keris senjata tikam yang merupakan salah satu karya seni budaya yang dimiliki oleh Indonesia, merupakan identitas dan ciri khas yang mencerminkan Indonesia sebagai bangsa yang besar.”Hal tersebutlah yang mengilhami terbentuknya Komunitas Panji Nusantara, yang bertujuan untuk mengembangkan budaya perkerisan agar tidak putus dan mengekspresikan hasil karya baru supaya budaya keris tidak luntur,” tegas Toni.
Komunita Panji Nusantara yang dibentuk sejak tahun 2005, menurut Toni memiliki misi untuk meluruskan pemahaman yang keliru serta mensosialisasikan khususnya kepada generasi muda bahwa keris sebagai senjata tikam agar tidak dikeramatkan. “Untuk itu Komunitas Panji Nusantara akan menggelar pameran keris yang bertajuk Keris Kamardikan,” terang Toni. Komunitas Panji Nusantara saat ini beranggotakan lebih dari 600 orang. “Yang menarik 20% anggota Panji Nusantara adalah orang asing, seperti Prancis, Jerman, Belanda, Singapura, Hawai dan Brunei Darusallam,” katanya.
Sosok Toni Yunus yang menggeluti dunia perkerisan sejak tahun 1976 kini telah mampu menciptakan beragam jenis keris. “Ada dua cara untuk melestarikan kerioni. Pertama menurutnya, harus mampu meneliti dan membedakan antara keris sepuh/tua dengan baru. “Keris sepuh harus dirawat atau ditempatkan seperti di museum-museum yang terkait dengan peninggalan budaya dan sejarah, seperti Museum Nasional, sedangkan pelestarian berkelanjutan dengan cara menciptakan keris-keris baru serta membina seniman-seniman keris,” terang Toni.
Dalam pameran Kridaya Toni Yunus menampilkan 30 jenis keris. “Ini adalah pameran kedua yang saya ikuti dan semua keris yang dipamerkan memiliki motif atau pamor karena terbuat dari batu meteor, semua ini mengandung falsafah dan nilai0nilai kehidupan luhur sesuai dengan budaya Indonesia dan tidak mengandung mistik apapun di keris ini,” urai Toni.
0 komentar:
Posting Komentar