Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2016 yang berlangsung di Kota Manado, Sulawesi Utara merupakan momentum untuk selalu mengarusutamakan PRB sehingga kesadaran tangguh melekat pada masyarakat dan menjadi suatu budaya dalam menghadapi bahaya dan bencana.
Konteks tersebut terangkum ke dalam tema acara Peringatan Bulan PRB, ‘Gerakan Pengurangan Risiko Bencana untuk Ketangguhan.’ Peringatan tahunan ini memberikan kesempatan untuk mensosialisasikan kegiatan dan konsepsi PRB oleh berbagai pihak. Pada akhirnya, para pihak dapat saling meningkatkan kemitraan dalam penanggulangan bencana di Indonesia dan memberikan komitmen bersama, khususnya antar pemangku kepentingan.
Budaya PRB sangat penting mengingat Indonesia sangat rawan bencana. Data BNPB menyebutkan jutaan penduduk Indonesia terpapar berbagai potensi bencana dengan kategori kelas sedang hingga tinggi. Sejak Januari 2016 hingga pertengahan September 2016, sekitar 1.652 bencana berdampak pada 334 jiwa meninggal, 371 luka-luka dan jutaan lain menderita. Sementara itu, Data kejadian bencana 2002 – 2015, jumlah kejadian bencana cenderung naik setiap tahun.
Dalam sambutan pembukaan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei berpesan bahwa kompleksitas dari strategi penanggulangan bencana membutuhkan kerjasama, kolaborasi, dan komitmen semua pihak sebagai upaya mengembangkan budaya pengurangan risiko bencana. “Konsekuensi dari kemitraan penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu”, kata Willem yang juga selaku Chair pada Pertemuan ke-4 ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM).
Sementara itu, “Peringatan Bulan PRB bertujuan untuk membangun kesadaran bersama, membangun dialog dan mengembangkan jejaring antar pihak dalam konteks pengurangan risiko,” kata Wisnu Widjaja, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB pada acara Pembukaan Peringatan Bulan PRB 2016 di Novotel, Kota Manado, Sulawesi Utara pada Kamis (13/10). Di samping itu, Wisnu menambahkan bahwa peringatan ini merupakan ajang pembelajaran bersama bagi pelaku PRB di seluruh Indonesia.
“Peringatan Bulan PRB telah menjadi agenda nasional sejak tahun 2013. Penyelenggaraan event ini sesuai dengan semangat Nawacita dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019,” kata Wisnu.
Peringatan Bulan PRB di Kota Manado merupakan penyelenggaraan ke-4 sejak dilangsungkan pertama kali di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pada 2013 lalu. Berturut-turut penyelenggaran acara ini berlangsung di Kota Bengkulu, Bengkulu (2014), Kota Surakarta, Jawa Tengah (2015) dan kali ini Kota Manado, Sulawesi Utara.
Penyelenggaraan acara ini sejalan dengan pengarusutamaan di tingkat internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) telah mempromosikan budaya PRB, termasuk pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan sejak 2009. UNISDR menetapkan 13 Oktober sebagai Hari Peringatan PRB Internasional.
Serangkaian kegiatan berlangsung selama Peringatan Bulan PRB 2016 ini, seperti seminar, diskusi, sosialisasi gerakan PRB, Tangguh Award danrally. BNPB melibatkan ribuan peserta dari berbagai mitra penanggulangan bencana, seperti kementerian/lembaga, TNI, Polri, organisasi masyarakat, organisasi internasional, lembaga PBB, organisasi kebencanaan, akademisi, relawan dan masyarakat.
Penyelenggaraan acara ini berlangsung secara pararel dengan acara internasional lain yaitu Pertemuan ke-29 ASEAN Committee on Disaster Management, ASEAN Day on Disaster Management dan Pertemuan ke-4 AMMDM.(Nurul)
0 komentar:
Posting Komentar