Melihat kenyataan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini mengalami penurunan, dimana rasa kedaerahan serta mementingkan diri sendiri serta kelompoknya lebih menonjol, dari pada mementingkan kepentingan bangsa dan Negara, oleh sebab itu untuk meningkatkan kecintaan pada bangsa dan Negara, anggota DPRDRI dari daerah pemilihan PRovinsi DKI Jakarta, Prof. DR. H Dailami Furdaus, terus berupaya mensosialisasikan wawasan kebangsaan, dengan menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI (4 pilar kebangsaan).
Acara yang digelar di Aula Kampus Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta tersebut, diikuti oleh lebih dari 100 santri, baik dari Pesantren Putri, Pesantran Putra dan Pesantren Yatim Khusus (anak yatim piatu Korban Daerah Konflik dari beberapa daerah di Indonesia), dibawah naungan yayasan As-Syafi’iyah.
Moderator acara Sosialisasi Wawasan Kebangsaan, Damrah Mamang SH, MH dosek Fakultas Hukum Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta berharap para santri dapat lebih memahami nilai-nilai luhur yang ada dalam 4 pilar kebangsaan tersebut, melalui paparan Tokoh Nasional yang saat ini dipercaya oleh masyarakat ibukota Jakarta, Prof. DR. H Daelami Furdauz untuk menjadi Senator di MPRRI, dan para santri juga bisa meneladani kiprah perjuangan yang dahulu menjadi aktifis dan tokoh Mahasiswa di Universitas Brawijaya Malang, dan berkarir menjadi Dosen, Dekan, Wakil Rektor UIA hingga saat ini menjadi anggota DPRRI, harapnya.
Sementara dalam paparannya, Prof. DR. H Dailami Furdaus menekankan, bahwa kondisi bangsa saat ini jauh berbeda dengan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara beberapa tahun lalu, dimana nilai luhur dalam Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI sudah mulai luntur, contohnya dalam kehidupan beragama sudah berubah menjadi lebih liberal, banyak aliran sesat tumbuh di beberapa daerah di Indonesia, nilai-nilai kegotongroyongan sudah tidak ada lagi, bahkan yang lebih membahayakan banyak kegiatan-kegiatan yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Oleh sebab itu sebagai anggota MPR RI dari Dewan Perwakilan Daerah, dirinya telah memprioritaskan program menanamkan kembali wawasan kebangsaan pada seluruh masyarakat Indonesia, beberapa waktu lalu seluruh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam As-Syafi’iyah sudah mengikuti kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan, dan saat ini dirinya ingin seluruh santri putra dan putri juga memahami wawasan kebangsaan, yaitu memahami nilai-lilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, UUD45, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ungkap Prof. DR. H Dailami Furdaus.
Diakuinya penyebutan 4 Pilar kehidupan Kebangsaan ini, bukan berarti meninggikan dan merendahkan yang lain, tetapi semuanya sederajat serta memiliki fungsi yang berbeda, namun Pancasila tetap menjadi pilar utama dalam fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara, dan 4 pilar atau konsensus ini merupakan syarat minimal bagi kemajuang bangsa untuk berdiri kokoh meraih kemajuan global, apalagi saat ini Indonesia telah memasuki Pasar Bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka jangan heran nanti kalau satpam saja sudah bukan lagi orang Indonesia, tetapi bisa jadi dipegang orang Malaysia, Filipina atau Dokter bisa jadi orang Singapura, Negara Asean lainnya, kalau masyarakat dan bangsa Indonesia tidak siap, maka kita hanya akan menjadi pasar saja, dan kami berharap para santri juga bisa memahami masalah atau perkembangan ekonomi, hukum dan politik di tanah air, harapnya.
Acara yang digelar di Aula Kampus Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta tersebut, diikuti oleh lebih dari 100 santri, baik dari Pesantren Putri, Pesantran Putra dan Pesantren Yatim Khusus (anak yatim piatu Korban Daerah Konflik dari beberapa daerah di Indonesia), dibawah naungan yayasan As-Syafi’iyah.
Moderator acara Sosialisasi Wawasan Kebangsaan, Damrah Mamang SH, MH dosek Fakultas Hukum Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta berharap para santri dapat lebih memahami nilai-nilai luhur yang ada dalam 4 pilar kebangsaan tersebut, melalui paparan Tokoh Nasional yang saat ini dipercaya oleh masyarakat ibukota Jakarta, Prof. DR. H Daelami Furdauz untuk menjadi Senator di MPRRI, dan para santri juga bisa meneladani kiprah perjuangan yang dahulu menjadi aktifis dan tokoh Mahasiswa di Universitas Brawijaya Malang, dan berkarir menjadi Dosen, Dekan, Wakil Rektor UIA hingga saat ini menjadi anggota DPRRI, harapnya.
Sementara dalam paparannya, Prof. DR. H Dailami Furdaus menekankan, bahwa kondisi bangsa saat ini jauh berbeda dengan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara beberapa tahun lalu, dimana nilai luhur dalam Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI sudah mulai luntur, contohnya dalam kehidupan beragama sudah berubah menjadi lebih liberal, banyak aliran sesat tumbuh di beberapa daerah di Indonesia, nilai-nilai kegotongroyongan sudah tidak ada lagi, bahkan yang lebih membahayakan banyak kegiatan-kegiatan yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Oleh sebab itu sebagai anggota MPR RI dari Dewan Perwakilan Daerah, dirinya telah memprioritaskan program menanamkan kembali wawasan kebangsaan pada seluruh masyarakat Indonesia, beberapa waktu lalu seluruh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam As-Syafi’iyah sudah mengikuti kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan, dan saat ini dirinya ingin seluruh santri putra dan putri juga memahami wawasan kebangsaan, yaitu memahami nilai-lilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, UUD45, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ungkap Prof. DR. H Dailami Furdaus.
Diakuinya penyebutan 4 Pilar kehidupan Kebangsaan ini, bukan berarti meninggikan dan merendahkan yang lain, tetapi semuanya sederajat serta memiliki fungsi yang berbeda, namun Pancasila tetap menjadi pilar utama dalam fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara, dan 4 pilar atau konsensus ini merupakan syarat minimal bagi kemajuang bangsa untuk berdiri kokoh meraih kemajuan global, apalagi saat ini Indonesia telah memasuki Pasar Bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka jangan heran nanti kalau satpam saja sudah bukan lagi orang Indonesia, tetapi bisa jadi dipegang orang Malaysia, Filipina atau Dokter bisa jadi orang Singapura, Negara Asean lainnya, kalau masyarakat dan bangsa Indonesia tidak siap, maka kita hanya akan menjadi pasar saja, dan kami berharap para santri juga bisa memahami masalah atau perkembangan ekonomi, hukum dan politik di tanah air, harapnya.
0 komentar:
Posting Komentar