Perkembangan media informasi dan media komunikasi seperti Website, Facebook, Twitter, Blogger, wechat, Watshap serta sosial media lainnya saat ini sudah dijadikan ajang propaganda terorisme, bahkan media internet dan game online juga telah dijadikan ajang para terorieme untuk mempengaruhi masyarakat Indonesia khususnya Remaja dan Pemuda akan kekerasan serta ajaran para teroris, oleh sebab itu untuk mengantisipasi lebih jauh, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak para wartawan dan pengelola Media Online, Media Cetak, Media elektronik dan para Blogger untuk memerangi Terorisme pada sosial media.
Dalam Seminar yang digelar di Rumah Makan Hijau Daun Cikini Jakarta Pusat, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menampilkan pembicara beberapa Wartawan Senior serta pakar Teknologi Komunikasi,(Pepih Nugraha/Kompasiana, Chamad Hojin/Jurnalis, Imam Wahyudi/Pakar IT UGM, Ahmad Zaki) serta menampilkan tema "Pencegahan Terorisme Dalam Dunia Maya" dan BNPT juga meluncurkan program Tahun 2015 sebagai “Tahun Damai di Dunia Maya”.
Deputi I Bidang Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen (TNI) Agus Surya Bakti dalam dialog tersebut menegaskan, bahwa propaganda terorisme melalui sosial media telah menjadi masalah krusial, kami mengajak para wartawan dan blogger untuk turut memerangi terorisme dalam dunia maya, serta terus mengkampanyekan Tahun Damai di Dunia Maya, ajaknya.
Website terorisme telah menyasar generasi muda, pada 2013 ada 2.650 website yang melakukan propaganda terorisme. Setahun kemudian sudah bertambah menjadi 9.800 website.
"Mereka (teroris) menjadikan internet untuk propaganda karena mudah diakses, tidak ada kontrol, punya audiens yang luas, serta tidak bisa diketahui identitasnya. Internet bisa jadi source pemberitaan para jurnalis. Inilah yang akan kita lawan dengan membangun suasana damai di dunia maya," papar Mayjen Agus.
Contoh nyata adalah langkah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menjadikan dunia maya sebagai alat utama dalam menyebarkan ajaran dan merekrut anggota dari kalangan anak muda dan terpelajar, tambahnya.
Sementara dalam Dialog Media, Pembicara diskusi yang juga pengasuh Kompasiana, Pepih Nugraha memaparkan, bahwa gerakan terorisme di dunia maya terorganisasi. "Mereka punya anak-anak muda yang paham media sosial dan tahu bagaimana memanfaatkan media sosial, serta sangat ekspansif. Ini membahayakan generasi muda Indonesia," ujar Pepih.
Menurutnya, ISIS punya jaringan komunikasi canggih dan menggunakan isu serta model yang sedang tren di kalangan anak muda.
"Program 'Damai di Dunia Maya' ini tidak hanya tugas BNPT saja, tetapiharus dicoba seperti TNI memanfaatkan cyber army dan intelijen di bidang internet. Pemerintah melalui kemenkominfo juga harus sigap menutup situs-situs terorisme. Selain itu, pengelola dan penggiat media juga jangan kecolongan dengan propaganda ala terorisme," ucap Pepih.
Dalam Seminar yang digelar di Rumah Makan Hijau Daun Cikini Jakarta Pusat, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menampilkan pembicara beberapa Wartawan Senior serta pakar Teknologi Komunikasi,(Pepih Nugraha/Kompasiana, Chamad Hojin/Jurnalis, Imam Wahyudi/Pakar IT UGM, Ahmad Zaki) serta menampilkan tema "Pencegahan Terorisme Dalam Dunia Maya" dan BNPT juga meluncurkan program Tahun 2015 sebagai “Tahun Damai di Dunia Maya”.
Deputi I Bidang Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen (TNI) Agus Surya Bakti dalam dialog tersebut menegaskan, bahwa propaganda terorisme melalui sosial media telah menjadi masalah krusial, kami mengajak para wartawan dan blogger untuk turut memerangi terorisme dalam dunia maya, serta terus mengkampanyekan Tahun Damai di Dunia Maya, ajaknya.
Website terorisme telah menyasar generasi muda, pada 2013 ada 2.650 website yang melakukan propaganda terorisme. Setahun kemudian sudah bertambah menjadi 9.800 website.
"Mereka (teroris) menjadikan internet untuk propaganda karena mudah diakses, tidak ada kontrol, punya audiens yang luas, serta tidak bisa diketahui identitasnya. Internet bisa jadi source pemberitaan para jurnalis. Inilah yang akan kita lawan dengan membangun suasana damai di dunia maya," papar Mayjen Agus.
Contoh nyata adalah langkah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menjadikan dunia maya sebagai alat utama dalam menyebarkan ajaran dan merekrut anggota dari kalangan anak muda dan terpelajar, tambahnya.
Sementara dalam Dialog Media, Pembicara diskusi yang juga pengasuh Kompasiana, Pepih Nugraha memaparkan, bahwa gerakan terorisme di dunia maya terorganisasi. "Mereka punya anak-anak muda yang paham media sosial dan tahu bagaimana memanfaatkan media sosial, serta sangat ekspansif. Ini membahayakan generasi muda Indonesia," ujar Pepih.
Menurutnya, ISIS punya jaringan komunikasi canggih dan menggunakan isu serta model yang sedang tren di kalangan anak muda.
"Program 'Damai di Dunia Maya' ini tidak hanya tugas BNPT saja, tetapiharus dicoba seperti TNI memanfaatkan cyber army dan intelijen di bidang internet. Pemerintah melalui kemenkominfo juga harus sigap menutup situs-situs terorisme. Selain itu, pengelola dan penggiat media juga jangan kecolongan dengan propaganda ala terorisme," ucap Pepih.
0 komentar:
Posting Komentar