Disela acara Media Gatering yang digelar RS Bunda Jakarta dengan insan media cetak dan elektronik, terungkap bahwa kejang-kejang tidak selalu berpenyakit Epilepsi, karena banyak penyakit bisa menyebabkan kejang-kejang seperti tumor ,infeksi atau panas tinggi, sementara kejang pada penderita epilepsi biasanya tidak didahului rasa tubuh panas, namun demikian penyakit epilepsi tetap harus memperoleh perhatian khusus. Karena pada dasarnya epilepsi bisa disembuhkan.
Dokter Irawati menegaskan, bahwa Demam disertai kejang boleh dibilang wajar terjadi pada anak-anak, namun jika terlalu sering, maka anak tersebut menghadapi risiko epilepsi lebih tinggi di kemudian hari. “Tidak selalu jadi epilepsi, tapi risikonya memang lebih tinggi jika anak sering mengalami kejang demam. Terutama pada anak di bawah usia 1 tahun,” kata dr Irawati Hawari, SpS, dokter saraf kepada wartawan saat acara media gathering bertajuk “Kejang…Apakah Selalu Epilepsi?” di Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Jakarta, Jumat (26/6/2015).
Kejang karena demam, imbuhnya, wajar dialami anak pada usia 1-5 tahun. Durasinya berlangsung beberapa detik hingga 1 menit. Jika kejang berlangsung lebih lama, maka harus diwaspadai karena kejang selama 3-5 menit sudah bisa memicu kerusakan otak.
Sering tidaknya anak mengalami kejang karena demam sangat dipengaruhi oleh ambang atau toleransi terhadap pemicu kejang yakni demam. Beberapa anak sudah kejang pada suhu 38 derajat celcius, beberapa yang lain tidak pernah kejang meski mencapai 40 derajat celcius.
Namun jika dianggap terlalu sering mengalami kejang dan dicurigai mengidap epilepsi, maka sebaiknya anak tersebut diperiksakan ke dokter untuk menjalani tes EEG (electroencephalogram). Jika hasil EEG normal sekalipun, tidak bisa langsung disimpulkan bahwa anak tersebut tidak epilepsi.
“Jika EEG dilakukan di luar bangkitan (serangan kejang), hasilnya pasti normal. Maka saat EEG diberi stimulasi biar aktivitas otak saat kejang bisa terekam,” jelas dr Irawati yang merupakan dokter saraf RSU Bunda Jakarta ini.
Jika mendapat penanganan yang baik, anak dengan epilepsi bisa hidup sehat sampai dewasa. Penanganan dilakukan melalui pemberian Obat Anti Epilepsi (OAE), atau melalui operasi bedah dan pemasangan implan antikejang jika pemberian obat sudah tidak mempan.
Dokter Irawati menegaskan, bahwa Demam disertai kejang boleh dibilang wajar terjadi pada anak-anak, namun jika terlalu sering, maka anak tersebut menghadapi risiko epilepsi lebih tinggi di kemudian hari. “Tidak selalu jadi epilepsi, tapi risikonya memang lebih tinggi jika anak sering mengalami kejang demam. Terutama pada anak di bawah usia 1 tahun,” kata dr Irawati Hawari, SpS, dokter saraf kepada wartawan saat acara media gathering bertajuk “Kejang…Apakah Selalu Epilepsi?” di Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Jakarta, Jumat (26/6/2015).
Kejang karena demam, imbuhnya, wajar dialami anak pada usia 1-5 tahun. Durasinya berlangsung beberapa detik hingga 1 menit. Jika kejang berlangsung lebih lama, maka harus diwaspadai karena kejang selama 3-5 menit sudah bisa memicu kerusakan otak.
Sering tidaknya anak mengalami kejang karena demam sangat dipengaruhi oleh ambang atau toleransi terhadap pemicu kejang yakni demam. Beberapa anak sudah kejang pada suhu 38 derajat celcius, beberapa yang lain tidak pernah kejang meski mencapai 40 derajat celcius.
Namun jika dianggap terlalu sering mengalami kejang dan dicurigai mengidap epilepsi, maka sebaiknya anak tersebut diperiksakan ke dokter untuk menjalani tes EEG (electroencephalogram). Jika hasil EEG normal sekalipun, tidak bisa langsung disimpulkan bahwa anak tersebut tidak epilepsi.
“Jika EEG dilakukan di luar bangkitan (serangan kejang), hasilnya pasti normal. Maka saat EEG diberi stimulasi biar aktivitas otak saat kejang bisa terekam,” jelas dr Irawati yang merupakan dokter saraf RSU Bunda Jakarta ini.
Jika mendapat penanganan yang baik, anak dengan epilepsi bisa hidup sehat sampai dewasa. Penanganan dilakukan melalui pemberian Obat Anti Epilepsi (OAE), atau melalui operasi bedah dan pemasangan implan antikejang jika pemberian obat sudah tidak mempan.
0 komentar:
Posting Komentar