Di Kota Cilegon Provinsi Banten terdengar ledakan dasyat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten melaporkan terjadi ledakan di salahsatu pabrik kimia di kota tersebut, dari laporan tersebut BNPB mengirimkan tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana.
Satu Helikopter melihat langsung lokasi dan melakukan pemetaan bencana, dari hasil dilapangan akhirnya dikirim kendaraan khusus untuk melakukan sterilisasi pabrik kimia, dengan menyemprotkan air panas agar zat kimia tidak membahayakan masyarakat sekitar, setelah berhasil segera diturunkan Tim medis yang terdiri dari PMI, TNI/POLRI, Tagana serta beberapa organisasi kemasyarakatan yang konsen dengan kebencanaan.
Sejumlah korban yang ada, akhirnya dilakukan pendataan, mana yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, bendera hijau, kuning, merah dan hitam, digunakan untuk menandai korban untuk penanganan lebih lanjut, dimana bendera tersebut memberi tanda, apakah korban kondisinya sakit berat, ringan¸ ataupun sudah meninggal, sehingga akan memudahkan dalam penanganan.
Tim medispun turun membantu korban, dan mengutamakan penanganan korban seperti anak, penyandang disasbel, serta orang tua jompo, kemudian dilakukan pertolongan pada korban yang masih hidup.
Anjing pelacak dari Kepolisianpun diturunkan untuk mencari korban yang mungkin masih tertimbun, demikian juga tim pertolongan yang tertimbun tanah maupun bangunan, karena ada yang terjepit beton, akhirnya dilakukan pengeboran segitiga kehidupan, dan akhirnya tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana BNPB mampu menyelamatkan korban yang tertimpa beton, hal tersebut adalah bentuk simulasi yang digelar Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana BNPB di Pondok Cabe Tangsel yang dihadiri oleh Menkokesra Agung Laksono.
Seusai memimpin upacara, Menko Kesra yang juga didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, melakukan peninjauan kesiapan tim SRC PB, dalam jumpa PERS Agung laksono berharap agar pasukan reaksi cepat ini, mampu melaksanakan tugas yang pertama kali ketika terjadi bencana, seperti tampil terdepan dengan pemerintah daerah pada saat bencana terjadi dan menolong korban pada awal kejadian bencana. Menokesra juga menegaskan sebagaimana pesan Presiden SBY, agar Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menjadi penanggung jawab saat bencana terjadi.
Sementara itu, Syamsul Maarif mengatakan, dibentuknya SRC-PB tingkat nasional ini untuk memberikan bantuan awal kepada daerah yang terkena bencana. Secara khusus, SRC-PB ini menekankan pada tiga prinsip utama, yakni kecepatan penanggulangan bencana, fleksibilitas memberikan pelayanan yang konsisten, serta akuntabilitas setiap tindakan yang dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hokum. Untuk SRC-PB Wilayah Barat berada di Halim Perdana Kusuma, sementara untuk wilayah Indonesia Timur ditempatkan Malang Jawa Timur, paparnya.
Satu Helikopter melihat langsung lokasi dan melakukan pemetaan bencana, dari hasil dilapangan akhirnya dikirim kendaraan khusus untuk melakukan sterilisasi pabrik kimia, dengan menyemprotkan air panas agar zat kimia tidak membahayakan masyarakat sekitar, setelah berhasil segera diturunkan Tim medis yang terdiri dari PMI, TNI/POLRI, Tagana serta beberapa organisasi kemasyarakatan yang konsen dengan kebencanaan.
Sejumlah korban yang ada, akhirnya dilakukan pendataan, mana yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, bendera hijau, kuning, merah dan hitam, digunakan untuk menandai korban untuk penanganan lebih lanjut, dimana bendera tersebut memberi tanda, apakah korban kondisinya sakit berat, ringan¸ ataupun sudah meninggal, sehingga akan memudahkan dalam penanganan.
Tim medispun turun membantu korban, dan mengutamakan penanganan korban seperti anak, penyandang disasbel, serta orang tua jompo, kemudian dilakukan pertolongan pada korban yang masih hidup.
Anjing pelacak dari Kepolisianpun diturunkan untuk mencari korban yang mungkin masih tertimbun, demikian juga tim pertolongan yang tertimbun tanah maupun bangunan, karena ada yang terjepit beton, akhirnya dilakukan pengeboran segitiga kehidupan, dan akhirnya tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana BNPB mampu menyelamatkan korban yang tertimpa beton, hal tersebut adalah bentuk simulasi yang digelar Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana BNPB di Pondok Cabe Tangsel yang dihadiri oleh Menkokesra Agung Laksono.
Seusai memimpin upacara, Menko Kesra yang juga didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, melakukan peninjauan kesiapan tim SRC PB, dalam jumpa PERS Agung laksono berharap agar pasukan reaksi cepat ini, mampu melaksanakan tugas yang pertama kali ketika terjadi bencana, seperti tampil terdepan dengan pemerintah daerah pada saat bencana terjadi dan menolong korban pada awal kejadian bencana. Menokesra juga menegaskan sebagaimana pesan Presiden SBY, agar Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menjadi penanggung jawab saat bencana terjadi.
Sementara itu, Syamsul Maarif mengatakan, dibentuknya SRC-PB tingkat nasional ini untuk memberikan bantuan awal kepada daerah yang terkena bencana. Secara khusus, SRC-PB ini menekankan pada tiga prinsip utama, yakni kecepatan penanggulangan bencana, fleksibilitas memberikan pelayanan yang konsisten, serta akuntabilitas setiap tindakan yang dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hokum. Untuk SRC-PB Wilayah Barat berada di Halim Perdana Kusuma, sementara untuk wilayah Indonesia Timur ditempatkan Malang Jawa Timur, paparnya.
0 komentar:
Posting Komentar