Indonesia dengan banyaknya Gunung Berapi serta posisinya yang berada pada lempeng bumi serta daerah zona subduksi kondisinya sangat rawan terhadap bencana alam, dimana 127 kabupaten/Kota berada di Zona Bahaya Sangat tinggi terhadap bahaya, dan 46 Kab/Kota bereda pada bahaya tinggi serta 26 Kab/Kota di zona bahaya sedang, dari kejadian tahun 2012 tercatat gempa 365 kejadian, berarti rata-rata 1 hari terjadi gempa. Dari data prediksi/perkiraan BMKG kemungkinan ditahun 2013 bencana Tsunami dan Gempa masuh akan terjadi diwilayah Indonesia.
Berbagai permasalahan seperti masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bencana serta masih tingginya aspek budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat yang sebenarnya rawan bencana, seperti pembangunan rumah yang besar sebagai rumah adat yang kurang memperhatikan ketahanan terhadap bencana, dimana rumah-rumah tersebut tidak didukung dengan besi beton yang kuat. Perilaku masyarakat juga jauh dari dampak bencana, dimana masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan di Sungai, menebang pohon tanpa memperhatikan bahaya longsor dan membangun bangunan di bantaran sungai maupun tebing-tebing.
Kejadian bencana gempa yang selama ini berada di zona Subduksi ditengah laut sangat berpotensi adanya tsunami, namun demikian gempa di daratan juga berdampak besar terhadap kerusanan maupun korban jiwa serta materi, saat ini gempa yang tidak diperkirakan-pun telah merusah sebagian daerah tersebut, seperti Gempat di Bogor beberapa waktu lalu, juga berdampak pada kerusahakan bangunan yang tidak sedikit jumlahnya. Dan hal tersebut masih mungkin timbul kembali di Bogor maupun daerah lain. Kejadian di Jogja ternyata juga mampu menghancurkan bangunan di Kabupaten Klaten, Sokoharjo, Wonogiri dan Boyolali, ini jelas-jelas bahwa bencana sangat mungkin terjadi disekitar kita, oleh sebab itu Kewaspadaan harus ditingkatkan dan kesadaran masyarakat akan bahaya bencana juga harus terus dibangun sejak dini, ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, DR Sutopo Purwo Nugroho. Dalam acara jumpa PERS di kantor BNPB Jakarta.
Upaya yang perlu dilakukan, belajar dari pengalaman kejadian tahun 2012, dimana sistem peringatan dini tidak jalan, dan selalu terjadi kemacetan dan tidak mengetahui kemana harus melakukan evakuasi maka perlu masterplan yang baik di daerah-daerah yang rawan bencana, BNPB bersama BPBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota, telah membuat 4 program yaitu pertama penguatan peringatan dini, dengan pembangunan sirine, sistem informasi, alat deteksi gempa, sensor bawah laut. Kedua pembangunan tempat evakasei seperti Shelter, dengan pemanfaatan banguan yang kuat seperti sekolah, Masjid, Geraja. Ketiga pengembangan desain tangguh dan keempat mendukung Pembanguan industri kebencanaan. Dan yang tidak kalah penting adalah peran masyarakat itu sendiri dalam upaya pencegahan, penangangan saat bencana serta bantuan saat rekonsuksi bencana, pinta Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, DR Sutopo Purwo Nugroho.
Berbagai permasalahan seperti masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bencana serta masih tingginya aspek budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat yang sebenarnya rawan bencana, seperti pembangunan rumah yang besar sebagai rumah adat yang kurang memperhatikan ketahanan terhadap bencana, dimana rumah-rumah tersebut tidak didukung dengan besi beton yang kuat. Perilaku masyarakat juga jauh dari dampak bencana, dimana masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan di Sungai, menebang pohon tanpa memperhatikan bahaya longsor dan membangun bangunan di bantaran sungai maupun tebing-tebing.
Kejadian bencana gempa yang selama ini berada di zona Subduksi ditengah laut sangat berpotensi adanya tsunami, namun demikian gempa di daratan juga berdampak besar terhadap kerusanan maupun korban jiwa serta materi, saat ini gempa yang tidak diperkirakan-pun telah merusah sebagian daerah tersebut, seperti Gempat di Bogor beberapa waktu lalu, juga berdampak pada kerusahakan bangunan yang tidak sedikit jumlahnya. Dan hal tersebut masih mungkin timbul kembali di Bogor maupun daerah lain. Kejadian di Jogja ternyata juga mampu menghancurkan bangunan di Kabupaten Klaten, Sokoharjo, Wonogiri dan Boyolali, ini jelas-jelas bahwa bencana sangat mungkin terjadi disekitar kita, oleh sebab itu Kewaspadaan harus ditingkatkan dan kesadaran masyarakat akan bahaya bencana juga harus terus dibangun sejak dini, ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, DR Sutopo Purwo Nugroho. Dalam acara jumpa PERS di kantor BNPB Jakarta.
Upaya yang perlu dilakukan, belajar dari pengalaman kejadian tahun 2012, dimana sistem peringatan dini tidak jalan, dan selalu terjadi kemacetan dan tidak mengetahui kemana harus melakukan evakuasi maka perlu masterplan yang baik di daerah-daerah yang rawan bencana, BNPB bersama BPBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota, telah membuat 4 program yaitu pertama penguatan peringatan dini, dengan pembangunan sirine, sistem informasi, alat deteksi gempa, sensor bawah laut. Kedua pembangunan tempat evakasei seperti Shelter, dengan pemanfaatan banguan yang kuat seperti sekolah, Masjid, Geraja. Ketiga pengembangan desain tangguh dan keempat mendukung Pembanguan industri kebencanaan. Dan yang tidak kalah penting adalah peran masyarakat itu sendiri dalam upaya pencegahan, penangangan saat bencana serta bantuan saat rekonsuksi bencana, pinta Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, DR Sutopo Purwo Nugroho.
0 komentar:
Posting Komentar