Satgas TMMD 101 Nganjuk Jelajah Rute Gunung Panjalu

Satgas TMMD 101 Nganjuk Jelajah Rute Gunung Panjalu

Nganjuk. Sehari menjelang puncak acara sedekah bumi di Desa Lengkonglor, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dua Satgas TMMD membantu warga desa setempat menjelajah rute menuju Makam Eyang Sinari di Gunung Panjalu. Satgas TMMD menyusuri jalan setapak dengan medan menanjak sepanjang dua kilometer. Lantaran, puncak ritual sedekah bumi yang dilangsungkan Jumat Kliwon, 27 April 2018 bakal menyedot banyak pengunjung menuju puncak Gunung Panjalu. Ratusan warga tersebut bakal menyusuri jalan setapak menanjak sambil membawa uba rampe dan tumpeng lengkap dengan sesajennya.

Anggota Satgas TMMD, Peltu Masduki menyampaikan, penjelajahan rute menuju lokasi ritual sedekah bumi sengaja dilakukan agar para pengunjung tidak mendapat kesulitan saat menapak naik esuk harinya. Sehingga, saat penjelajahan menuju puncak Gunung Panjalu, anggota Satgas TMMD bersama warga harus membersihkan tumbuhan perdu dan ranting-ranting yang menghalangi jalan setapak. Termasuk bebatuan yang merintangi kaki saat menapak.

 “Kita kondisikan semua sudah siap, baik siap lokasi juga siap jalan menuju puncak,” jelas Peltu Masduki didampingi Serda Syaifudin, Kamis, 26 April 2018.

Saelan, warga setempat menyampaikan, setiap tahun bertepatan dengan hari Jumat Pahing setelah musim panen padi, warga Desa Lengkong selalu mengadakan sedekah bumi. Ritual sedekah bumi selalu diawali dengan membersihkan tempat-tempat umum, seperti jalan-jalan, tempat ibadah, sendang, dan makam. Termasuk makam Eyang Sinari, terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-rumput liar di sekelilingnya. Sedangkan pada bagian bangunan makam, dibersihakan pada bagian yang rusak.

“Makam Eyang Sinari ini tokoh yang sangat dihormati oleh warga sini (Desa Lengkonglor,red), dikabarkan sebagai cikal-bakal orang yang membabat hutan menjadi perkampungan, hingga seperti ini,” terangnya.

Sekadar informasi, di makam Eyang Sinari yang berlokasi di Puncak Gunung Panjalu juga terdapat dua makam lagi. Yang satu berada di dalam cungkup berdampingan dengan makam Eyang Sinari, sedang satu makam di luar. Sementara, sekitar 100 meter menuju lokasi makam, terdapat sendang dengan sumber airnya yang jernih. 

Di sebelahnya terdapat padasan, gentong tempat wudlu. Konon, sendang tersebut sengaja dimanfaatkan Eyang Sinari bersama kedua istrinya untuk kegiatan mandi dan berwudlu.

Menurut Jaito, (65) juru kunci Makam Eyang Sinari menyampaikan, di lokasi tersebut terdapat tiga makam, yakni makam Eyang Sinari sendiri dan dua istrinya. Hanya, salah satu istrinya berada di luar.

Hingga sampai ke puncak Gunung Panjalu, lanjut Jaito, Eyang Sinari bersama kedua istrinya merupakan pelarian dari tentara Pangeran Diponegoro saat kalah perang melawan Belanda. Eyang Sinari sebenarnya tidak sendiri bersembunyi di wilayah Ngluyu saat itu. Dia ditemani tiga saudaranya yang sama-sama melarikan diri dari kejaran tentara Belanda. Mereka adalah Mbah Gedong yang dimakamkan di Desa Ngluyu, Mbah Puncu dimakamkan di Desa Puncu, dan Mbah Bajang dimakamkan di Desa Bajang. Semua berada di Kecamatan Ngluyu. (mdc_0810)

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEL SURYA

SEL SURYA