Awan Hitam Diskriminasi, Melanda Pejabat-pejabat asal Sriwijaya di Jakarta

Banyaknya pejabat asal Sriwijaya yang digeser dari posisinya telah membuat gusar Ketua Dewan Pembina yang juga Pendiri OKP Generasi Muda Sriwijaya, Sadek Suloso Hasby, berikut petikan wawancaranya.

Apa komentar Bang Sadek sebagai salahsatu tokoh Sriwijaya mengenai dicopotnya Susno Duadji dan ancaman hukuman mati yang ditujukan kepada Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar ?

Sadek : Kami dari Keluarga Besar Sriwijaya diseluruh Indonesia pada umumnya, dan keluarga besar GM Sriwijaya pada khususnya, yang didalamnya adalah warga Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu serta Lampung di Jakarta merasa prihatin, dengan adanya pencopotan yang tidak manusiawi terhadap Susno Duadji, serta adanya ancaman pada Antasari akan hukuman mati, walaupun Kombes Pol Wiliardy Wizar sudah bersumpah  dalam kesaksiannya itu adalah rekayasa, tapi tetap saja Jaksa Cirus Sinaga menetapkan ancaman hukuman mati, ini artinya ada sesuatu diatas sana, yang mungkin ada tekanan-tekanan politik dan sudah bukan lagi menjadi rahasia umum, bahkan sedang terjadi pergulatan tingkat tinggi, sehingga kedua tokoh Sriwijaya tersebut, terpaksa harus dikorbankan, padahal keduanya adalah orang-orang yang termasuk putra terbaik di negeri ini, baik loyalitas, dedikasinya terhadap bangsa dan negera, hal ini menjadi keprihatinan nasional oleh warga Sriwijaya diseluruh Indonesia dan menjadi perhatian khusus, apakah sebenarnya Kami ini masih menjadi bagian dari Negeri ini, dan apakah dengan tindakan sewenang-wenang terhadap Susno Duadji dan Antasari itu memang tidak diperhitungkan secara matang, bagaimana akibatnya sehingga terus terang saja, kami sudah anti kepada Pemimin sekarang ini, dan sudah menanamkan kebencian di dada kami, sebenarnya boleh-boleh saja mencopot tetapi harus profesional, tetapi ini mulai dari rumah dinas, kendaraan dinas, ajudan bahkan sama sopirnya habis, bahkan diekspos beberapa televisi, dan media cetak, sehingga menjadi tontonan atau fenomena yang betul-betul tidak sportif, tidak manusiawi dan tidak adil, terhadap Komjenpol Susno Duadji dan Antasari Azhar, bahkan dahulu juga begitu yang menimpa Jenderal TNI (Purn) Ryamizad Ryacudu, saat ini saya juga mendengar banyak pejabat-pejabat asal Sriwijaya kecuali Hatarajasa, semua dicopot diseluruh Departeman, kenapa jadi sampai demikian, maka kami dalam minggu-minggu ini akan membahas hal tersebut dengan tokoh-tokoh Asal Sriwijaya yang ada di Jakarta.

Kami melihat Bang Sadek akhir-akhir ini seakan-akan berduka atas berjatuhannya tokoh-tokoh Sriwijaya di Jakarta ?

Sadek : Ya.... jelas saya berduka, karena saya selalu berada di barisan terdepan daripada masa keluarga besar Sriwijaya di Jakarta, khususnya di lapangan, yang sangat memahami betul apa yang terjadi di negara ini, tetapi selama ini saya tidak membuat gerakan apa-apa, hanya sebatas prihatin, kenapa caranya begitu, saya melihat tadinya terjadi permusuhan antara Partai Demokrat dengan PDI Perjuangan, dalam hal ini permusuhan antara SBY dengan Taufik Kiemas, permusuhan SBY dengan Ryamizard dan lain-lain, sehingga dampaknya ya... sangat tidak sportif terhadap seluruh pejabat yang ada di departemen, baik di Depkes, Depdagri serta departeman lain, banyak putra terbaik asal Sriwijaya seolah-olah dihabisi. Saya tidak tahu dalam jajaran TNI serta POLRI apakah juga seperti itu, dengan penempatan yang tidak sesuai Sumpah Prajurit serta Sampa Marga. jadi itulah sebabnya saya sangat berduka dan prihatin cara-cara seperti ini, karena saya tahu persis bahwa negara ini dibangun atas komitmen Sumpah Pemuda, Komitmen Pancasila, Komitmen Bhineka Tunggal Ika, serta UUD 45, yang mengamanatkan tidak boleh ada diskriminasi terhadap minoritas manapun, termasuk kami-kami orang Sumatera yang notabene jumlahnya mencapi 10% di negeri ini.

Menurut anda, apa yang sedang terjadi sekarang ini mengenai dihabisinya pejabat-pejabat Sriwijaya di Jakarta ?

Didalam dunia politik dimanapun, kapanpun apabila pemimpin itu ada suksesi kepemimpinan, itu pastilah sudah biasa, orang-orang loyalis penguasa lama pasti di habisi, itu bukan rahasia lagi, tetapi masalah Susno Duadji dan Antasari Azhar itu lain persoalannya, demikian juga masalah Syahrial Usman itu sebenarnya bukan uang negara, tetapi di hantam juga, jadi kita melihat sedang terjadi suatu pergulatan serta perang saudara tetapi dalam bentuk politik, kalau cara-cara diskriminasi ini terus menerus terjadi, tidak tertutup terjadi perang saudara akan terjadi di lapangan, yang mungkin dapat memporak-porandakan negeri ini, kalau mau menghancurkan pejabat Sriwijaya ya...... kira-kiralah... karena sekarang sudah berpuluh-puluh pejabat asal Sriwijaya dimasukkan dalam penjara salah atau benar, saya melihat kasus Susno Duadji, Antasari Azhar maupun Ryamizard itu belum tentu bersalah, tetapi tetap dihabisi juga, oleh sebab itu hal tersebut kini menjadi pemikiran kita, kenapa....?,kenapa....? dan kenapa....?

Apa Komentara anda mengenai masalah Bank Century yang sedang berjalan sekarang ini, serta adanya Pro-Kontra masalah SBY ?

Sadek : Kalau masalah Pro-Kontra itu suatu hal yang biasa, karena masing-masing punya kepentingan untuk mencari posisi-posisi dalam kondisi yang rumit sekarang ini, mau pro SBY atau Kontra terhadap SBY silahkan saja, tetapi masalah Bank Century, saya sudah lebih awal 4 bulan lalu mengatakan bahwa hal tersebut sebagai embrio perpecahan masalah bangsa, dan ternyata benar,  padahal kasus Century itu sesungguhnya sangat mudah, uang negara yang begitu besar dan banyak, 6,7 trilyun itu tidak mungkin dapat keluar tanpa ijin dari pemimpin tertinggi di negeri ini, itulah Undang-Undangnya yang benar, tidak mungkin Sri Mulyani itu berani, tidak mungkin Gubernur Bank Indonesia waktu itu yang dijabat Budiono berani mencarikan uang sebesar itu tanpa ada perintah dari pada pemimpin tertinggi ini, paling tidak akan berjalan alot, jadi yang jelas yang betul-betul bertanggung jawab itu adalah Sri Mulyani dan Budiono serta Dewan Gubernur BI yang menyetujui itu, sementara Wapres waktu itu (Jusuf Kalla) mengaku tidak tau menahu, bahkan menegaskan bahwa uang tersebut jelas-jelas di rampok, nah sekarang Robert Tantular itu merampok untuk siapa ?, dan uangnya lari kemana ? nah.... ini yang seharusnya dipertanyakan uang yang di ambil Robert Tantular itu uangnya dimana serta kemana alirannya, padahal Robert Tantular bukan Direksi serta sahanya cuma 9%, kenapa bisa dipercaya memagang uang begitu besar ? sedangkan itu uang negara,dan Robert Tantular adalah orang asing, yang kredibilitasnya tidak jelas, jadi kongkritnya tidak mungkin uang itu bisa keluar tanpa tanggung jawab dari Gubernur BI, Menkeu, KKSK ?, kami juga prihatin adanya Pasal 29 Perpu No 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), dimana didalamnya menyebutkan bahwa Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat dituntut di muka hukum bila semua kebijakannya mengatasnamakan JPSK. saya kawatir kalau pasal ini tidak dihapus maka akan habis negeri ini, enak betul pejabatnya !, dengan aturan-aturan tersebut berarti sudah jelas, dimana waktu pengucuran dana, waktu itu Presiden sedang berada diluar negeri, yang ada Presiden ad interim yaitu Jusuf Kalla, dan beliau mengaku tidak tau menahu serta tidak dilaporkan keluarnya uang, ini berarti sudah jelas dua orang itulah yang harus bertanggung jawab total masalah ini, dan Pak SBY juga perlu dimintai keterangan apakah Beliau mengijinkan apa tidak, kalau tidak memberi ijin berarti kedua orang itu yang bertanggung jawab, dan Sri Mulyani dan Budiono harus mengundurkan diri, itusaja jawabannya.kalau yang memberi ijinnya pak SBY, beliau perlu tau uang itu kemana larinya, pasti tuntas.




0 komentar:

Posting Komentar

 

SEL SURYA

SEL SURYA