Impian Besar Si Pengangon Bebek, Karya dan Visi Andi Wijaya untuk Indonesia Sehat, buku ini mengisahkan Andi Wijaya dalam membangun Laboratorium Klinik Prodia berserta sister companies mulai dari nol hingga besar seperti sekarang.
Lengkap dengan cerita peranan Andi Wijaya dalam membangun kesehatan berbasis ilmu pengetahuan termasuk persiapan dalam menyongsong Next Generation Medicine, karena setiap orang memiliki kebutuhan media berbeda-beda sehingga diperlukan adanya perlakuan khusus untuk setiap manusia.
Meski lahir di Klaten, Andi Wijaya kemudian menetap di Semarang untuk sekolah. Sejak usia 11 tahun, Andi sudah membantu orangtuanya, yaitu dengan mengangon bebek hingga 1,5 tahun lamanya.
“Jadi waktu kecil, tiap jam 3 sore saya mulai giring bebek ke sawah-sawah. Selama 1,5 tahun saya ngangon bebek, saya jadi memperhatikan tingkah laku bebek, dan ternyata mereka disiplin,” ujar pria berusia 80 tahun itu dalam acara Launching Buku di HUT Andi Wijaya ke-80, di Senayan, Jakarta [24/7].
“Setelah dewasa dan mulai bikin Prodia, saya jadi teringat pada bebek. Falsafah bebek pun saya terapkan di manajemen sehingga Prodia bisa jadi tim yang tangguh dan kompak,” tambahnya.
Buku dengan jumlah 126 halaman ini ditulis oleh seorang sastrawan dan biografer ternama, Eka Budianta, yang menjadikannya semakin menarik untuk dibaca sehingga kita dapat turut menyelami pengalaman Andi Wijaya yang inspiratif.
Seperti beberapa penggalan yang terdapat dalam buku ini:
“Bangsa Indonesia itu pintar. Kalau mendapat kesempatan sekolah di luar negeri, banyak yang lulus cum laude. Kalau bertanding banyak yang menjadi juara. Tetapi kalau di dalam negeri, mengapa selalu kalah oleh orang-orang asing?”
“Jangan mau kalah! Kita harus menjadi pelopor di negeri sendiri. Kita mulai yang orang lain belum kerjakan. Kita lakukan yang terbaik. Kita bikin yang belum ada. Kita pelajari yang belum tahu.”
Prodia sendiri kini telah menembus omzet penjualan 1 triliun rupiah dalam setiap tahunnya yang melayani lebih dari dua juta pelanggan di 30 provinsi Indonesia. Bahkan Prodia telah masuk ke dalam jajaran 10 besar laboratorium klinik terbaik dunia.
Apa rahasianya? Bagaimana Prodia bisa melejit menjadi perusahaan raksasa? Mengapa dan sejak kapan pengetahuan tentang kesehatan jadi suatu kebutuhan? Padahal di generasi yang lalu tidak banyak orang menanyakan tingkat kolesterol, tes bebas narkoba, dan berbagi resep hidup sehat secara terbuka.
Temukan jawabannya di buku Impian Besar Si Pengangon Bebek, Karya dan Visi Andi Wijaya untuk Indonesia Sehat.
Lengkap dengan cerita peranan Andi Wijaya dalam membangun kesehatan berbasis ilmu pengetahuan termasuk persiapan dalam menyongsong Next Generation Medicine, karena setiap orang memiliki kebutuhan media berbeda-beda sehingga diperlukan adanya perlakuan khusus untuk setiap manusia.
Meski lahir di Klaten, Andi Wijaya kemudian menetap di Semarang untuk sekolah. Sejak usia 11 tahun, Andi sudah membantu orangtuanya, yaitu dengan mengangon bebek hingga 1,5 tahun lamanya.
“Jadi waktu kecil, tiap jam 3 sore saya mulai giring bebek ke sawah-sawah. Selama 1,5 tahun saya ngangon bebek, saya jadi memperhatikan tingkah laku bebek, dan ternyata mereka disiplin,” ujar pria berusia 80 tahun itu dalam acara Launching Buku di HUT Andi Wijaya ke-80, di Senayan, Jakarta [24/7].
“Setelah dewasa dan mulai bikin Prodia, saya jadi teringat pada bebek. Falsafah bebek pun saya terapkan di manajemen sehingga Prodia bisa jadi tim yang tangguh dan kompak,” tambahnya.
Buku dengan jumlah 126 halaman ini ditulis oleh seorang sastrawan dan biografer ternama, Eka Budianta, yang menjadikannya semakin menarik untuk dibaca sehingga kita dapat turut menyelami pengalaman Andi Wijaya yang inspiratif.
Seperti beberapa penggalan yang terdapat dalam buku ini:
“Bangsa Indonesia itu pintar. Kalau mendapat kesempatan sekolah di luar negeri, banyak yang lulus cum laude. Kalau bertanding banyak yang menjadi juara. Tetapi kalau di dalam negeri, mengapa selalu kalah oleh orang-orang asing?”
“Jangan mau kalah! Kita harus menjadi pelopor di negeri sendiri. Kita mulai yang orang lain belum kerjakan. Kita lakukan yang terbaik. Kita bikin yang belum ada. Kita pelajari yang belum tahu.”
Prodia sendiri kini telah menembus omzet penjualan 1 triliun rupiah dalam setiap tahunnya yang melayani lebih dari dua juta pelanggan di 30 provinsi Indonesia. Bahkan Prodia telah masuk ke dalam jajaran 10 besar laboratorium klinik terbaik dunia.
Apa rahasianya? Bagaimana Prodia bisa melejit menjadi perusahaan raksasa? Mengapa dan sejak kapan pengetahuan tentang kesehatan jadi suatu kebutuhan? Padahal di generasi yang lalu tidak banyak orang menanyakan tingkat kolesterol, tes bebas narkoba, dan berbagi resep hidup sehat secara terbuka.
Temukan jawabannya di buku Impian Besar Si Pengangon Bebek, Karya dan Visi Andi Wijaya untuk Indonesia Sehat.
0 komentar:
Posting Komentar