Henny Handoko Pengepul Barbek Yang Patut Dicontoh Untuk Generasi Muda
Barang bekas (Barbek) bagi sebagian orang dianggap sebagai sampah yang tidak bermanfaat, bahkan terkadang dibuang begitu saja, namun tidak demikian bagi sosok wirausahawan asal Muntilan Jawa Tengah, Hanny Handoko yang sudah 40 tahun menekuni barang-barang bekas dan telah menjadi Pengepul Barbek di daerah Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Hanny Handoko mengaku tidak memiliki pendidikan tinggi, untuk itulah sebagai warga perantau dirinya dituntut untuk ulet, setiti (tidak boros) dan tidak malu dengan pekerjaan yang awalnya sebagai pemulung barang bekas, hanya kemandirianlah yang membuat dirinya bebas berusaha dan tidak disuruh-suruh orang, berapapun yang diperoleh asal halal dan berbuah berkah, ungkapnya.
Tumpukan botol plastik bekas, kardus, kertas koran dan limbah plastik tertumpuk di gudang milik Hanny Handoko, yang mungkin ada yang menganggap kumuh bahkan kotor, namun sebenarnya hanyalah bentuk kesederhanaan yang ditekuni sebagai pengepul, karena barang tersebut setelah terkumpul banyak dan di press akan segera dikirim ke pabrik plastik maupun pabrik kertas ke Tangerang maupun Bekasi, sehingga gudang juga cukup sederhana beratap seng, karena saat ini dirinya menerima kirimam barang dari para pemulung dan sampah kertas maupun plastik dari masyarakat untuk nantinya di daur ulang.
Diakuinya untuk kertas bekas maupun plastik bekas dirinya hanya mengambil keuntungan 500 hingga 1.000 rupiah tiap kilogram, namun jika jumlahnya banyak, maka juga terkumpul banyak, ibarat dikit-dikit lama-lama menjadi bukit, untuk itulah menjadi pengepul barang bekas sebenarnya menjanjikan, namun harus ulet dan ngak boleh malu, ujarnya dengan senyum.
Saat ini Hanny Handoko yang tidak malu disapa Bos Rosok-rosok, telah memiliki alat press kertas maupun plastik, juga forklip untuk memindahkan barang berat dan Truk untuk membawa barang-barang ke pabrik, belum lagi kendaraan pribadi dan rumah tinggal yang kesemuanya dari hasil jerih payah selama 40 tahun. Bahkan juga punya anak buah yang membantu usaha mandiri miliknya.
Saat ditanya berapa modal yang dibutuhkan, Hanny Handoko mengaku tidak terlalu besar, cukup sewa lahan kosong, ijin kanan kiri, baru cari pemulung dan kita kasih harga agak tinggi, sehingga pemulung mau menjual pada kita, tapi kalau mau turun sendiri, bisa beli ke warga yang mau menjual barang bekas, cukup bawa timbangan dan kendaraan, jadi kuncinya jangan malu, ungkapnya lugu.
Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (PERNUSA), Kanjeng Pangeran Norman Hadinegoro saat berkunjung ke Pangkalan Lapak milik Hanny Handoko di Kalisari Jakarta Timur tersebut pada wartawan menegaskan, bahwa sosok Hanny Handoko yang ulet, mandiri dan berjiwa sosial ini harus bisa menjadi contoh Generasi Muda, jangan kita berfikir mencari kerja atau pengen jadi pegawai, tapi dengan berbekal keberanian untuk usaha mandiri dengan modal kecil, tapi jika usaha tersebut di tekuni maka bisa menghantarkan ke gerbang kesuksesan, yang penting harus berani melangkah tanpa malu, tegasnya.
KP Norman Hadinegoro juga berharap Pemerintah untuk memberikan perhatian pada pemulung maupun pengepul seperti Hanny Handoko, karena telah turutserta menyelamatkan lingkungan bumi, dengan susah payah memilah sampah plastik, besi, tembaga, kertas untuk di daur ulang, ini adalah pekerjaan mulia yang masyarakat kurang memahami apa yang dilakukannya, inilah Kementerian Lingkungan Hidup perlu memberikan penghargaan pada para pemulung, tegasnya. (Nurul)
0 komentar:
Posting Komentar