USAHID Wisuda 368 Pasca Sarjana, SarjanaS1 dan Diploma

Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi, yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia yang berilmu amaliah, beramal ilmiah dan berbudaya, sesuai dengan misi Universitas Sahid (USAHID), yaitu menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, bercirikan kewirausahaan dan kepariwisataan, dalam menghasilkan lulusan atau sumber daya manusia yang professional, unggul, berbudaya dan religius, serta berbudi luhur dan berwatak mulia. Pada Kamis (25/3), bertempat di Puri Agung Hotel Sahid Jaya, menyelenggarakan Upacara Wisuda XXVIII TA. 2009/2010.

Menurut Rektor Universitas Sahid Jakarta Prof. Dr. Hj. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS, bahwa Lulusan yang diwisuda kali ini sebanyak 368 orang, terdiri dari 139 orang S1 & D3 FIKOM, 145 orang FE, 20 orang FH, 15 orang FTIP, 17 orang FT dan 31 orang Magister Sekolah Pasca Sarjana (S2). Sehingga sampai saat ini, Universitas Sahid Jakarta telah meluluskan sebanyak 7.077 orang. Dan berharap para alumni USAHID tetap menjaga almamater, dalam mengabdikan diri ketengah masyarakat.

Wisuda yang juga dilakukan serahterima Sertifikat ISO 9001:2008 dan IWA 2:2007 kepada Universitas Sahid Jakarta dari Bureau Veritas Certification Perancis untuk penjaminan mutu pendidikan. Dilanjutkan Pemberian penghargaan Pendidikan Pratama kepada Dosen Tetap USAHID yang telah menyelesaikan Program Doktor serta launching buku 22 tahun USAHID, juga diisi Orasi Ilmiah oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, dengan tema : Perubahan Iklim dan Pembangunan yang Berkelanjutan ”.

Menurutnya, istilah pembangunan berkelanjutan atau “sustainable development” digunakan untuk menghubungkan isu lingkungan dengan isu pembangunan khususnya pembangunan ekonomi. Pembangunan tidak bisa hanya memprioritaskan kepentingan sesaat dalam periode tertentu saja, tetapi merupakan pembangunan yang harus dilaksanakan secara bertahap dengan keseimbangan antara periode yang satu dengan yang lainnya dengan berbagai pertimbangan yang menyangkut kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan. Pembangunan Indonesia disusun dan dilaksanakan secara terencana sampai saat ini, tentunya dengan memasukkan isu-isu dominan yang dihadapi pada setiap periode pembangunan.

Dalam era Orde Baru ada dokumen Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dilaksanakan sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 1999, dilengkapi dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode lima tahun yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) periode 2005-2025. Pembangunan yang berkelanjutan disusun tidak hanya mementingkan pembangunan dalam periode tertentu untuk kepentingan politik saat itu, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutannya. Pertumbuhan ekonomi pun harus tetap dijaga dalam kendali perencanaan sehingga tidak merugikan negara.

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan ini, telah dikembangkan berbagai instrumen pembangunan, baik pada tingkat mikro atau implementasi pembangunan maupun pada tingkat makro. Instrumen-instrumen tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang implementasi pembangunan berkelanjutan di suatu negara. Beberapa instrumen yang sudah dikembangkan, antara lain, pengembangan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pengembangan Amdal (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan), pengembangan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), pengembangan Instrumen Ekonomi untuk memberi insentif dan disinsentif untuk pelaksanaan pembangunan yang lebih bersih, dan juga pengembangan konsep Produk Domestik Bruto (PDB) Hijau .

Banyak kendala lain dalam pembangunan Indonesia ke depan, salah satunya adalah permasalahan perubahan iklim. Fenomena perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya jumlah gas rumah kaca (GRK) seperti CO2, CH4, NO2 dan beberapa gas lainnya di atmosfir akibat meningkatnya kegiatan manusia dalam penggunaan bahan bakar minyak di sektor energi, transportasi dan industri. Selain itu, penebangan hutan besar-besaran yang mengakibatkan deforestasi dan kerusakan lahan gambut serta pengolahan sampah yang tidak tertata dengan baik juga telah mengakibatkan pelepasan karbon atau gas rumah kaca ke atmosfir yang sebelumnya tersimpan dalam biomassa tanaman, lahan gambut atau sampah tersebut. Gas rumah kaca ini telah menghalangi dan memperangkap panas matahari yang sampai ke bumi sehingga terjadi kenaikan temperatur atmosfir. Efek utama yang terjadi akibat perubahan temperatur global adalah perubahan terhadap pola iklim dunia berupa perubahan siklus hidrologi yang akan mengubah pola curah hujan serta intensitasnya dan juga menyebabkan kenaikan muka air laut akibat mencairnya salju di kutub dan pegunungan.

Dalam mengantisipasi fenomena perubahan iklim tersebut, terdapat dua isu utama yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan Indonesia, yaitu isu mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.Pembangunan berkelanjutan yang disangga oleh tiga pilar, yaitu pilar ekonomi, sosial dan lingkungan hidup masih belum sepenuhnya dapat diterapkan.

Prioritas pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, seperti kesehatan dan pendidikan, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, penghapusan kemiskinan dan penurunan angka pengangguran telah menurunkan kemampuan untuk secara menyeluruh memperhatikan permasalahan lingkungan hidup sebagai syarat pembangunan yang berkelanjutan.

Bappenas telah menyusun Roadmap Perubahan Iklim, yang berisi kajian secara menyeluruh mengenai program penanggulangan perubahan iklim untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk kerangka waktu hingga 2030. Untuk itu, Roadmap ini telah menjadi salah satu dasar penyusunan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi serta RPJMN 2010–2014 di bidang perubahan iklim.





0 komentar:

Posting Komentar

 

SEL SURYA

SEL SURYA