Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) dalam menyikapi permasalahan ASEAN serta guna memberikan masukan pada Pemerintah, bertempat di Aula Lemhannas, menggelar Diskusi Panel, tema yang diangkat pada acara tersebut adalah “Peningkatan Peran Indonesia Dalam Restorasi ASEAN”, tampil para pembicara, Sundram Pushpanatan (Deputi Kerjasama Ekonomi Sekretaris Jenderal ASEAN), Ir Agus Thahayana (Sekjen Menteri Perindustrian RI), Cristianto Wibisono (Chairman Global Institute) dan Prof Lepi Tarmidi (Guru Besar Fakultas Ekonomi UI).
Paparan para pembicara dalam menanggapi Kerjasama Asean - China menekankan, bahwa saat ini Pemerintah perlu merumuskan pengembanghan industri yang berdaya saing, serta menciptakan pertumbuhan regional Jawa – Luar Jawa serta bagaimana menarik investasi untuk kepentingan masa depan. Revitalisasi dan pengembangan dunia industri prioritas 5 tahun mendatang atau Kebijakan industri nasional, harus dipegang teguh guna mewujudkan prioritas industri dan sarana pendukung lainnya.
Cristianto Wibisono menekankan akan perlunya peran Indonesia dalam Pax Corsantis G-20, untuk kepentingan nasional maupun ASEAN, sebagai forum utama kekuatan ekonomi Indonesia, dan Indonesia harus bisa memposisikan sebagai anggota mewakili ASEAN. Dimasa depan peran Negara India, China dan Indonesia sangat penting, oleh sebab itu perlu adanya rintisan kerjasama dalam menciptakan kerjasama ketiga Negara tersebut secara proaktif, dan ini sangat dibutuhkan agar kita tidak terlambat dimasa yang akan datang,
Prof Lebi Tarmidi juga menekankan akan perluka mengkaji kegagalan renegosiasi, kerjasama China – ASEAN, Indonesia juga harus memahami akan keunggulan maupun kelemahan China, karena ternyata tidak semua produk China dapat bersaing di pasar Indonesia maupun ASEAN, Sementara Ketua KADIN Indonesia Komite ASEAN, Anangga Roosdiono sebagai penanggapi juga menekankan akan pelunya mengajak KADIN dalam setiap mengambil kebijakan-kebijakan, yang dilakukan oleh Pemerintah, kebijakan pengambilan keputusan selama ini sering dimonopoli oleh Deplu dan Departemen Perdagangan, sehingga para Pelaku usaha kurang memperoleh informasi akan kebijakan yang diambil, sehingga sering menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
Gubernur Lemhannas RI, Prof DR Muladi SH menilai, bahwa Globalisasi dan liberalisasi bukanlah pilihan yang harus dihadapi, oleh sebab itu perlu adanya langkah yang sistimatis, untuk menggeliminasi masalah yang akan timbul, sebagai ekses dari globalisasi tersebut, dalam menghadapi tantangan bagaimana kita bisa memanege proses integrasi secara cultural sesuai kesepakatan. Kebijakan ekonomi juga perlu adanya menekan ekonomi biaya tinggi, seperti Pungutan liar maupun korupsi. Globalisasi juga dapat menimbulkan bahaya baru, yaitu bahaya non tradisional. Untuk mendukung pembangunan Indonesia, juga perlu adanya perluasan zone ekonomi seperti Batam.
Menanggapi akan kegagalan Renegosiasi Perdagangan China – ASEAN, Prof Muladi menekankan, bahwa hal tersebut harus menjadi pelajaran bagi kita semua, Indonesia harus mengambil langkah-langkah koordinatif dan mengkaji kekuatan dan kelemahan China, dan saya yakin dengan kerjasama perdagangan China – Asean ini akan membangun lebih besar lagi jiwa entrepreneurship masyarakat Indonesia, agar mampu berkompetisi dimasa depan, tegasnya.
0 komentar:
Posting Komentar