Sidang
Senat STP Trisakti Kukuhkan Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung Sebagai Guru Besar
Bertempat
di Aula Kampus STP Trisakti, pada Kamis 28/9, Sidang Terbuka Senat Sekolah
Tinggi Pariwisata Trisakti mengukuhkan Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung sebagai
Guru Besar pada bidang Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, hadir
dalam Pengukuhan tersebut, Koordinator Kopertis Wilayah III yang diwakili Drs.
Noersal, Ketua
Dewan Pembina Yayasan Trisakti
Harry Tjan Silalahi, Ketua Yayasan Trisakti Dr Bimo Prakoso serta jajaran Pengurus
Yayasan Trisakti yang lain, serta seluruh Ketua Sekolah Tinggi dilingkungan
Yayasan Trisakti.
Ketua STP Trisakti Fetty Asmaniati
,SE,MM mengapresiasi Kemenristek Dikti serta Kopertis Wilayah III Jakarta yang
telah memberikan keputusan kenaikan jabatan akademi Prof Anak Agung Gde Agung,
sehingga STP Trisakti saat ini memiliki 2 Profesor dibidang ilmu Pariwisata,
dan memiliki dosen dengan nomor induk khusus yang ke 3.
Hari ini merupakan momentum yang sangat
kita syukuri, semoga dengan pengukuhan guru besar ini semakin meningkatkan
peran dan fungsi perguruan tinggi, serta memberi semangat dosen-dosen STP
Trisakti untuk mencapai gelar Guru Besar, menjadi Guru Besar bukan akhir
pencapaian seorang dosen, tetapi justru menjadikan semangat dan senantiasa
membangkitkan inspirasi baru, guna menghasilkan karya-karya yang brilyan dan
bermanfaat bagi masyarakat luas, ungkapnya.
Sementara dalam sambutannya, Koordinator
Kopertis Wilayah III, Illah Sailah yang dibacakan oleh Drs. Noersal (Kabid
Akademik, Kemahasiswaan dan Ketenagaan) menegaskan, bahwa Prof. Dr. Anak Agung
Gde Agung, adalah Guru Besar Pariwisata Pertama di Kopertis Wilayah III
Jakarta.
Menurutnya,
penobatan Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung sebagai Guru Besar Bidang Ilmu
Pariwisata di STP Trisakti, merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi dunia
pendidikan di Indonesia khususnya di Kopertis Wilayah III. “Prof. Dr. Anak
Agung Gde Agung adalah urutan ketiga dosen yang dianugerahi gelar professor
atau guru besar melalui jalur Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) di Indonesia.”
NIDK
adalah Nomor Induk yang diberikan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristek Dikti) untuk dosen yang bekerja paruh waktu atau dosen yang
bekerja penuh waktu tetapi satuan administrasi pangkalnya berada di instansi
lain dan diangkat perguruan tinggi berdasarkan perjanjian kerja, paparnya.
Sementara
pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung juga menyampaikan
orasi ilmiah dengan judul Tri Hita Karana yang berarti tali tak terputuskan
dalam konversi budaya, alam dan pariwisata. Gde Agung menyatakan bahwa budaya
dan alam seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Ketika
keduanya dijaga dengan baik, mereka bisa bertahan. Falsafah Tri Hita Karana
yang berasal dari Bali, katanya menekankan keseimbangan yang sakral dalam
hubungan manusia dengan dunia manusia, dunia alam, dan dunia spiritual untuk
mencapai kedamaian, falsafah itu bisa berkembang jika agama tidak tergerus dan
tetap kuat. Hal ini karena melalui agama masyarakat diajarkan mempratikkan
tingkah laku yang baik. Hal senada dinyatakan L Jan Slikkerveer,
Guru Besar
Universitas Leiden yang juga sebagai promotor Prof Anak Agung. “Falsafah Tri
Hata Karana turut berkontribusi dalam memelihara keunikan dan keragaman warisan
budaya Bali” ujarnya. Dia melakukan penelitian yang menunjukkan konsep Tri Hita
Karana ada di Indonesia. Metodologi Slikkeveer digunakan oleh Gde Agung dalam
penelitiannya mengenai Tri Hita Karana. Gde Agung juga mengatakan, pemfokusan
obyek-obyek budaya sesuai ciri khas daerah perlu direncanakan sebelum dibangun.
“Ada wacana untuk membangun sirkuit mobil F1 di Bali, padahal ini tidak sejalan
dengan budaya di sana. Lalu rencana reklamasi di Benoa,” katanya. Dia
mengatakan, Bali dapat dibuat sebagai tempat wisata orientasi budaya, Jakarta
orientasi olahraga, dan Bunaken orientasi alam.
Disampaikan
oleh L Jan Slikkerveer, bahwa Prof. Anak Agung Gde Agung merupakan salah satu
dari 8 orang di dunia yang prasastinya terdapat di Leiden University. 8 Orang
yang prasastinya tersmpan di Leiden University selain Anak Agung Gde Agung
diantaranya Nelson Mandela dan Albert Einstein. Patutlah berbangga bangsa
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar