HAM Milik Semua Umat Manusia, Bukan Hanya Milik Kelompok tertentu
Ini kasus nyata dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua terhadap pekerja kemanusiaan. Pemerkosaan dan pembunuhan terhadap guru kontrak serta penyiksaan dan pembunuhan tenaga kesehatan Missi Adven Benry F. Kunu di Pegunungan Bintang beberapa waktu lalu.
Seorang guru Sekolah Dasar di Distrik Tembagapura, Mimika, mengungkapkan kejahatan yang dilakukan oleh anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap dirinya beserta tujuh rekannya.
Ketika itu 20 orang anggota KKB memasuki rumah yang mereka tempati dan mulai mengintimidasi delapan guru yang ada di sana. Kami ditodong dengan senjata api. Guru laki-laki dipisahkan dengan guru perempuan. Guru laki-laki ditodong dengan senjata api yang diarahkan ke kepala, katanya.
Sam juga menuturkan bagaimana anggota kelompok bersenjata itu memukuli dan menendang para guru perempuan, tapi lalu dia menangis, tidak bisa lagi mengisahkan apa yang selanjutnya dialami para guru perempuan itu.
Gerombolan KKB akhirnya kabur dengan membawa 10 unit telepon seluler, empat laptop, sebagian bahan stok makanan, uang, bahkan pakaian mereka diambil semua oleh KKB dan melarikan diri dengan korban tewas dan luka luka.
Ia mengatakan para guru laki-laki tidak berdaya untuk melakukan perlawanan karena anggota KKB seluruhnya membawa senjata api dan parang serta pisau yang ditodongkan kepada mereka.
“Bukan hanya tindakan kekerasan dan intimidasi, tetapi barang-barang para gurupun dijarah oleh KKB," kata Sam, salah satu guru yang dievakuasi TNI ke Timika.
Kejadian penyiksaan dan pembunuhan pun terjadi kepada Berny Fallery Kunu (24) seorang petugas kesehatan yang bertugas di Kampung Yabasorom, Distrik Pamek, Kabupaten Pegunungan Bintang. Sehari-hari Berny bertugas untuk mendampingi dokter-dokter, pemerintah di desa-desa untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan di wilayah-wilayah yang sukar didatangi dokter-dokter berbaju putih.
Berny meninggal karena penganiayaan yang dilakukan oleh KKB, Berny dianiaya hingga tewas. Berdasarkan keterangan dari pelaku penyerangan, mereka adalah anggota dari Kelompok Kriminal Bersenjata. Selama ini KKB dikenal sebagai kelompok yang membuat permasalahan di Papua yang bertujuan melepaskan Papua dari Indonesia.
Para pelaku mengobrak-abrik camp tempat mereka (petugas kesehatan) bermalam. Berny ditemukan dengan tubuh terluka ditemukan dalam sebuah kuburan dangkal, tentu sudah tidak bernyawa. Benny mati dengan senjata tajam yang tampak menghujani tubuhnya dari pinggang ke bawah.
Kementerian Kesehatan berduka cita atas meninggalnya salah satu petugas kesehatan yang mereka punya. Kementerian kesehatan akan meningkatkan koordinasinya dengan TNI-Polri dan Pemerintah Daerah Papua untuk menjamin keamanan petugas kesahatan yang bertugas dan memberikan pelayanan kepada masyarakat di sana.
Komnas HAM seharusnya turun melakukan investigasi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh KKB atas kasus penganiayaan dan pemerkosaan guru sekolah dasar di Tembagapura serta pembunuan terhadap pelayan kesehatan di pedalaman Papua yang terjadi April 2018 ini.
Komnas HAM Pusat maupun Papua harus turun langsung ke lokasi kejadian mengumpulkan bukti-bukti kasus pemerkosaan terhadap guru dan pelayan kesehatan ini. Karena ini adalah pelanggaran HAM, Komnas HAM jangan hanya lihat kasus ini dari kejauhan. Masyarakat di sana masih ada, mereka dapat dijadikan saksi atas kasus ini.
Komnas HAM jangan hanya berasumsi dengan kasus ini, karena ini kasus nyata yang dilakukan oleh KKB terhadap pekerja kemanusiaan. Pemerkosaan guru kontrak dan pembunuhan tenaga kesehatan Missi Adven Benry F. Kunu di Pegunungan Bintang beberapa waktu lalu yang jelas jelas melanggar HAM.
Komnas HAM sangat di harapkan tidak melihat dari jauh saja dan berasumsi karena terjadi di Timika maka ada kepentingan Freeport. Hal Ini tidak boleh, ini murni dilakukan oleh KKB di Papua.
Komnas HAM jangan hanya kemudian terkesan menyikapi masalah pelanggaran HAM di Papua hanya yang dilakukan oknum TNI/Polri, kegencaran turun kelokasi hanya ketika terjadi dugaan pelanggaran HAM jika melibatkan aparat keamanan TNI/Polri terhadap OAP, alangkah baiknya melihat penyebab awal mula kejadian. Pada dasarnya aparat keamanan bertindak untuk melaksanakan perintah, mempertahankan senjata yang menjadi tanggung jawabnya dan untuk membela diri. Oleh karenanya tindakan yang dilakukan sudah sesuai prosedur.
Kasus ini, ini menjadi contoh dan bukti bahwa pelanggaran HAM selalu dilakukan oleh KKB. Padahal mereka berkampanye Papua merdeka di luar negeri dengan menjual isu pelanggaran HAM, namun kenyataannya mereka sendiri adalah pelaku pelanggaran HAM di Papua, menghilangkan Hak untuk hidup orang lain, merampas dan menjarah barang/harta milik orang lain.
DPR Papua harus melihat kasus ini, harus ada jaminan keamanan kepada para guru dan tenaga kesehatan dipedalaman Papua, mereka datang untuk membantu,mencerdaskan dan membangun saudara saudara mereka di Papua, jaminan keamanan bagi mereka yang bertugas mengabdi di Papua perlu dijaga, Jika perlu ada pos Polisi atau TNI dikediaman tempat mereka tinggal dan bertugas.
Menjadi tenaga guru maupun tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di pedalaman Papua adalah pengabdian yang tidak mudah.Perlu pengorbanan yang luar biasa saat mereka memutuskan untuk mengabdi di pedalaman Papua. Hanya saja dengan sikap keji para KKB ini telah mencederai tugas tugas mulia ini.
Pekerjaan mulia mereka untuk kepentingan kecerdasan dan kesehatan masyarakat Papua, jadi jangan dinodai. Karena dampaknya akan merugikan masyarakat Papua sendiri. Dengan demikian diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat mulai dari tokoh masyarakat, tokoh Adat dan tokoh Agama, harus sadar pentingnya keberadaan tenaga pendidikan dan kesehatan.
Saparatis berkedok agama sudah sering terjadi di Papua, tokoh agama atau pendeta sering berlindung dibalik isu agama serta isu HAM, kemiskinan orang papua dan memakai istilah rakyat kecil untuk memuluskan rencana besar yaitu visi dan misi mereka untuk memerdekakan Papua keluar dari NKRI .Mereka terpengaruh dengan doktrin-doktrin gereja abad pertengahan yaitu melibatkan politik dalam ajaran agama dan gereja.
Biasanya kelompok tersebut menggunakan senjata HAM dan tindakan represif aparat untuk melindungi kelompok tertertentu yang bersebarangan dengan pemerintah. Ditambah lagi dengan dengung dengung dari kelompok atau oknum pejabat, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menyatakan kata kata menjaga nyawa OAP yang menurutnya paling utama, yang perlu dipertanyakan, apakah hanya nyawa OAP saja yang dilindungi di Papua ?......Apakah HAM di Papua ini hanya Milik OAP ?.....
Segala permasalahan yang menyangkut hilangnya nyawa OAP selalu dikaitkan dengan Genoside, pelangaran HAM, Tindakan Represif Aparat, lalu bagaimana dengan nyawa mereka yang dibunuh, diperkosa diperlakukan tidak manusiawi oleh KKB ?...
Komnas HAM mengejar permasalahan kasus penembakan yang terjadi di Pania karena yang menjadi Korban adalah OAP, pernahkah terbesit dibenak kita mengapa tindakan aparat keamanan sampai memberikan tindakan tegas ?....
Tidaklah mungkin tanpa alasan yang jelas yang mengancam nyawa aparat keamanan ketika melaksanakan penegakkan hukum, sudah cukup banyak korban jiwa dari aparat keamanan dan masyarakat sipil menjadi korban kekerasan oleh KKB ketika mencoba menyelesaikan permasalahan secara persuasif yang dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan senjata api, senjata tajam, panah dan tombak.
Penyerangan massa terhadap Pos aparat keamaan dengan menggunakan senjata tajam yang mencoba merebut senjata aparat keamanan harus mendapat tindakan tegas, aparat keamanan mempunyai SOP yang jelas tentang penanganannya, jika peringatan sudah tidak digubris langkah yang terbaik pasti dilakukan aparat, daripada senjatanya dirampas oleh oknum masyarakat yang nantinya akan menjadi alat kekerasan dengan korban jiwa yang lebih banyak lagi.
Tuhan menciptakan bumi untuk semua mahluk, semua umat. Sehingga tidak ada perbedaan selama kita menjadi mahluk Tuhan untuk saling menghargai nyawa sesama manusia…..