Bersama Meneliti Budaya Betawi, Seniman Betawi Syaiful Amri, Bersyukur Dapat Wisuda Bersama Kedua Putranya

Bersama Meneliti Budaya Betawi, Seniman Betawi Syaiful Amri, Bersyukur Dapat Wisuda Bersama Kedua Putranya

Rasa bangga dan haru terpancar pada Keluarga Seniman Betawi Dr Syaiful Amri, karena pada bulan September 2018 ini, dapat meraih gelar berbarengan dengan kedua putranya, dimana Syaiful Amri memperoleh Gelar Doktor Budaya (S3) program studi Ilmu Susastra Kajian Tradisi Lisan (KTL ) di Universitas Indonesia,Desertasi "Rekacipta Lenong Dalam Komedi Betawi Sebagai Adaptasi Terhadap Perubahan Zaman", sementara Putra pertama Lutfi Virdiansyah Prodi Sastra Universitas Indonesia dengan Meneliti tentang "Kesenian Samrah", meraih Gelar Magister Budaya (S2) dan Putra kedua, Ibnu Hafizh Baihaqi dari Prodi "Sastra Indonesia" meneliti tentang "Si Pitung", dan meraih Gelar Sarjana (S1) dari Universitas Negeri Jakarta.

Diakuinya bahwa gelar tertinggi dalam perjalanan akademik Doktor adalah perjalanan panjang dan butuh kerja keras, dan akhirnya menyelesaikan kelulusan S3, memperoleh Gelar Doktor Budaya program studi Ilmu Susastra, melalui Kajian Tradisi Lisan “Rekacipta Lenong Dalam Kombet Sebagai Adaptasi Terhadap Perubahan Zaman”.

Sebagai masyarakat Asli Betawi, Dr Syaiful Amri juga mengaku bangga karena bersama anak-anaknya juga berkomitmen melestarikan dan mengembangkan Seni Budaya Betawi dan bulan September 2018 ini bisa sama-sama di wisuda,Sebagai peneliti yang juga alumni Fakultas Teater IKJ ini, Dr Syaiful Amri juga akan membagikan ilmunya kepada para mahasiswa, bahkan dalam kesempatan mengajar, juga telah mengisi sebagai dosen tamu di Institut Kesenian Jakarta maupun Universitas Negeri Jakarta, bahkan telah juga membentuk beberapa kelompok Lenong Komedi Betawi baik dilingkungan kampus maupun masyarakat.Dr Syaiful Amri mengaku bersyukur kedua putranya juga meneliti tentang Betawi, ini wujud tanggung jawab sebagai masyarakat asli Betawi,paparnya.

Bersama para seniman Betawi, Dr Syaiful Amri mengaku akan terus berjuang, bukan saja memajukan Seni Tradisi Betawi, di ajang Nasional namun harus bisa go internasional, untuk tampil di bebarapa negara di dunia, dimana saat tampil memaparkan Komedi Betawi di Universitas Leiden Belanda, ternyata banyak mahasiswa Belanda yang ingin belajar tentang Seni Budaya Betawi, untuk itu dirinya optimis Budaya Betawi kudu diangkat, ungkapnya tegas.

Putra pertama Lutfi Virdiansyah Prodi Sastra Universitas Indonesia dengan Meneliti tentang "Kesenian Samrah" pada wartawan juga mengaku bahwa Samrah adalah kesenian Betawi Tengah, sehingga kurang terperhatikan pemerintah, dimana Pemda DKI lebih memperhatikan kesenian masyarakat Betai pinggiran, meski nama Samrah berasal dari bahasa Arab, namun sebenarnya Kesenian Samrah adalah Kesenian Melayu, dan Kesenian Samrah di Betawi berbeda dengan kesenian Samrah yang berkembang di daerah lain, karena kalau di daerah lain, syairnya lebih ke nyanyian Pujian, tetapi kalau Samrah Betawi lebih ke Pertunjukan hiburan yang dibarengi dengan tarian-tarian, paparnya.

Samrah dalam bahasa Arab artinya Berkumpul, namun Samrah bagi orang Betawi adalah singkatan dari Sambil Musyawarah, jadi dahulu masyarakat Betawi Tengah, kalau berkumpul selalu menyanyikan musik Samrah, sehingga dahulu Wanita dilarang untuk bermain Samrah, karena haram, penelitian Musik Samrah karena terpanggil untuk meneliti, kenapa Musik Samrah ditengah serangan kesenian dari luar, namun hingga hari ini masih terap bertahan, hanya saja, kenapa masyarakat Betawi saat ini jika hajatan, lebih memilih menampilkan Orgen Tunggal daripada Musik Samrah, inilah tantangan bagi warga Betawi untuk kembali melestarikan Samrah, sebagai tradisi masyarakat Betawi, ungkapnya.

Putra kedua Syaiful Armi, Ibnu Hafizh Baihaqi dari Prodi "Sastra Indonesia" meneliti tentang "Si Pitung", dan meraih Gelar Sarjana (S1) dari Universitas Negeri Jakarta juga mengaku terpanggil menelliti tentang Si Pitung, karena Sosok Si Pitung, meskipun Belanda menganggab sebagai Penjahat, namun bagi Masyarakat Betawi Si Pitung adalah Pahlawan, karena kepeduliannya memperjuangkan nasib rakyat Betawi, hal tersebutlah hingga saat ini Pemerintah tidak memberikan gelar Pahlawan buat Si Pitung, paparnya.

Masyarakat hingga saat ini memang masih bertanya-tanya, apakah Si Pitung ini Mitos atau Legenda, tapi dari hasil penelitian meski tidak ditemukan peninggalan milik Si Pitung, namun ada Rumah Pitung yang sebenarnya dahulu adalah milik Saudagar Belanda yang pernah dirampas oleh Pitung, Belanda tidak pernah berhasil menangkap Pitung, sehingga Belanda membuat cerita seakan Pitung punya ilmu menghilang, dan atas kegigihan Si Pitung melawan Belanda itulah hingga saat ini Si Pitung menjadi simbul Kepahlawanan bagi Masyarakat Betawi, ungkap Ibnu Hafizh Baihaqi. (Nrl)

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEL SURYA

SEL SURYA