Mastini Hardjoprakoso Di Mata Gerakan Pramuka

Mastini Hardjoprakoso Di Mata Gerakan Pramuka

Mastini Hardjoprakoso, M.L.S. meninggal dunia, dan jasadnya dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata pada Selasa, 4 April 2017. Kepergiannya ini adalah duka mendalam bagi Indonesia, termasuk bagi Gerakan Pramuka.

Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault mengatakan bahwa Gerakan Pramuka kehilangan satu tokoh teladan bagi Pramuka di seluruh tanah air.

Kak Mastini Hardjoprakoso adalah kakak sekaligus guru kami. Hidupnya dicurahkan untuk meningkatkan potensi generasi muda menjadi lebih berilmu dan maju. Selamat jalan, doa kami menyertai kakak, tuturnya, di Jakarta, Selasa (4/4).

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Kwarnas Bidang Binawasa, Susi Yuliati. Ia juga mengaku kehilangan atas wafatnya Mastini. Baginya, Mastini adalah kakak, pembimbing dan pendamping yang baik.

Saya menyebutnya Bunda Mastini. Kami bersama-sama di Kwarnas. Beliau Andalan Nasional dan saat itu saya sebagai Ketua Dewan Kerja Nasional (1978-1983). Bunda Mastini mendampingi kami DKN, jelas Susi Yuliati, saat dihubungi, Selasa (4/4).

Ia menuturkan, Mastini adalah sosok Pembina Putri yang diteladani. Kearifannya, keberaniannya serta prinsipnya sebagai seorang Pramuka putri. Pramuka Putri harus maju dan tidak tergantung kepada Pramuka Putera dalam segala hal, paparnya, mengulangi pesan almarhumah.

Perpustakaan Pramuka yang megah di area Pusdika adalah karya beliau di era Kak Mashudi, dan dinamakan Perpustakaan Ki Hadjar Dewantara. Gedung Pusdiklatnas yang sekarang,  awalnya adalah Gedung Perpustakaan Gerakan Pramuka. Sementara TRW yang sekarang  awalnya adalah Pusat Pendidikan Kader (Pusdika) Gerakan Pramuka, tambahnya.

Peran Mastini ini juga diakui oleh Mantan Kepala Biro Humas Kwarnas, Nurman Atmasulistya, yang dahulu mengaku pernah menjadi bawahannya. Beliau itu aktif, mulai dari terbentuknya Gerakan Pramuka, jelasnya, di TMP Kalibata, Selasa (4/4).

Waktu itu namanya masih Pandu Rakyat. Bung Karno membubarkan dan menyatukan di dalam organisasi Gerakan Pramuka. Tadinya, namanya pionering seperti di negara komunis, tapi karena perjuangan antara lain beliau, itu ibu Mastini, Pak Mutahar, akhirnya namanya menjadi Praja Muda Karana, papar Nurman.

Mastini Hardjoprakoso lahir di Surakarta, 7 Juli 1923. Selain pernah menjadi Kepala Perpustakaan Nasional pertama, ia adalah penggagas berdirinya Gedung perpustakaan Nasional, Salemba, yang sebelumnya berlokasi di Museum Nasional, Jalan Merdeka Barat Jakarta.

Selama hayatnya, Mastini Hardjoprakoso banyak berkontribusi untuk negeri. Karena hal tersebut, ia mendapat banyak penghargaan, seperti Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Soeharto (1955), Penerima Penghargaan Lifetime Achievement Nugra Jasadarma, dan Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI (2016). (Nk).

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEL SURYA

SEL SURYA