Sejumlah pakar berkumpul dan menyuarakan pendapat pada
acara Workshop Mekanisme Pertukaran Informasi yang digelar Direktorat
Data dan Informasi (Dit. Datin) Bakamla RI dipimpin Laksamana Pertama
TNI Isbandi Andrianto, S.E., M.M., di Hotel Salak Heritage, Bogor, Jawa
Barat, beberapa waktu lalu.
Dalam
sambutan pembukaan Direktur Datin membeberkan tentang Bakamla RI dan
perlunya dibentuk satu mekanisme pertukaran informasi. Dikatakannya,
Bakamla RI bertugas dan berwenang menjaga keamanan laut serta
mengintegrasikan sistem informasi keamanan dan keselamatan di wilayah
perairan dan/atau yuridiksi Indonesia. Menurutnya hal tersebut dapat
dimulai dengan saling mengisi kekurangan satu instansi dengan instansi
lain.
Kompleksnya
permasalahan di laut menuntut instansi yang berkepentingan harus
bersinergi untuk dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi para
pengguna laut. Untuk mencapai hal itu, dapat dilakukan dengan membangun
sebuah mekanisme pertukaran informasi, ujarnya lebih lanjut.
Maksud
itu diamini oleh para nara sumber yang hadir. Terdapat 6 orang pakar
dibidangnya yang mendukung dan menganggap perlunya hal itu diwujudkan.
Secara rinci, pendapat enam pakar tersebut diuraikan berikut ini.
Pembicara
pertama, yaitu Ketua Umum PPAL dan Kalakhar Bakorkamla Pertama
Laksamana Madya (Purn) Djoko Sumaryono, menyampaikan bahwa untuk
menunjang tugas pokok Bakamla RI dalam melakukan patroli keamanan dan
keselamatan laut diperlukan berbagai alutsista. Kekuatan dari pertukaran
informasi adalah untuk memudahkan pengambilan keputusan. Sehingga
dibentuknya Bakamla RI adalah untuk membangun sinergitas antar K/L yang
memiliki kewenangan di laut demi mewujudkan efisiensi dalam penegakkan
hukum di laut. Menurut Laksdya Djoko Sumaryono, ancaman terbesar yang
dihadapi para penegak hukum di laut saat ini adalah narkoba, dimana
penyebarannya sudah sampai di seluruh wilayah perairan Indonesia secara
massif. Untuk itu Bakamla RI sebagai ujung tombak penegakkan hukum serta
patroli wilayah keamanan dan keselamatan wilayah di perairan Indonesia
perlu melakukan declare pembentukan Indonesian Coast Guard dengan
opsi-opsi instansi yang berwenang, disamping juga harus bisa
mendapatkan political will dari pemimpin tertinggi.
Pembicara
Kedua, yaitu Ketua Umum Purna Marinir Indonesia Mayor Jenderal (Purn)
Rusdi, berpendapat bahwa permasalahan klasik yang terjadi dalam Karinfo
(pertukaran informasi) adalah ego-sektoral antar K/L, sehingga sangat
perlu memperkuat koordinasi antar instansi, seperti adanya wadah yang
mengakomodir semua kepentingan dalam penegakkan hokum. Menurutnya, bisa
berbentuk forum ataupun sarasehan. Selain itu juga, akan baik bila
Bakamla RI dapat berperan untuk mengusulkan dan menciptakan Siskamnas
dan Sistem Informasi Intelijen.
Pembicara
ketiga, yaitu Pakar hukum laut dan Dewan Maritim Indonesia Prof. Dr.
Hasjim Jalal, banyak menyuarakan tentang sisi historis dan landasan
filosofis dari Pembentukan hukum laut Indonesia, dengan tujuan untuk
mengingatkan kembali dasar filosofi dari mengapa Indonesia mendapatkan
status negara kepulauan dengan kedaulatan laut meliputi seluruh
Indonesia dan tidak terpisah-pisah. Filosofi ini diperlukan untuk
mengingatkan pentingnya lautan Indonesia untuk dpertahankan
kedaulatannya. Bakamla RI sebagai pihak yang memiliki kewenangan
keamanan dan kesalamatan laut Indonesia sebagaimana yang diamanatkan
Undang-Undang memiliki peran sentral dalam mempengaruhi pengamanan
kedaulatan laut Indonesia.
Pembicara
keempat yaitu Ir. Ichsan Firdaus, M.Si., seorang anggota DPR RI Komisi
IV, mengatakan bahwa Bakamla RI harus menjadi penjuru dari sektor
keamanan laut di Indonesia, khususnya untuk mengatasi kejahatan
perikanan bersama-sama dengan KKP, mengingat saat ini kejahatan di laut
semakin beragam dan semakin berbahaya dengan potensi kerugian dilaut
yang sangat besar. Bakamla RI sebagaimana diamanatkan dalam
undang-undang kelautan pada hakekatnya berwenang untuk menjadi penjuru
dari sektor keamanan laut, dalam hal ini DPR juga siap membantu Bakamla
dalam mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam keamanan laut dengan
catatan Bakamla bersedia untuk tidak segan-segan mengundang pihak DPR
RI untuk berdiskusi masalah ini.
Pembicara
Kelima Marsekal Muda (Purn) Madar Sahib, Staff Ahli KSAU, mengingat
pentingnya tugas Bakamla RI maka dibutuhkan dukungan infrastruktur yang
kuat dengan peningkatan secara berkala untuk menjamin kemampuan Bakamla
dalam menjalankan tugasnya dengan optimal dan efektif. Infrastruktur
menjadi sangat penting, karena apabila tidak didukung dengan
infrastruktur yang baik, Bakamla tidak dapat menjalankan tugasnya dengan
efektif dan efisien, terlebih lagi berbicara tentang tugas keamanan
laut Indonesia yang sangat luas dan beragam spektrum ancamannya.
Pembicara
keenam Haryo Rahmadi, SE, M.Si(Han) yang merupakan Akademisi
Universitas Pertahanan, membahas langkah-langkah strategis yang dapat
diambil oleh Bakamla RI dalam mengefektifkan fungsi lintas sektoral.
Haryo mengingatkan bahwa esensi koordinasi dan sinergi tidak boleh
diterjemahkan secara birokratis dan prosedural semata, namun harus
ditekuni melalui peningkatan interaksi pada berbagai tingkatan strategis
hingga pada tataran individu pelaksana di lapangan.
0 komentar:
Posting Komentar