NADIA TARSANTO GELAR PAMERAN KARYA LUKISAN BERSAMA HIPTA
Perupa Indonesia yang cukup lama melanglang buana ke Eropa ini, Nadia Tarsanto pada 27 Agustus hingga 27 September 2019 mengikuti Iven Visual Art Exhibition di Tugu Konstkring Paleis Jakarta, tepatnya di Gedung Exs kantor Imigrasi yang pada masa kekuasaan Hindia Belanda juga dijadikan tempat Pameran Karya Pergelaran Musik, Kuliah Seni dan Kelas Lukis serta Perpustakaan Seni hingga 1942, tepatnya di jalan Teuku Umar No.1 Gandaria Jakarta Pusat.
Pameran Seni Rupa bertema “Trans Jakarta” tersebut digelar Himpunan Perupa Jakarta, dibawah koordinasi Ketua HIPTA Jakarta, Andi Suandi, dimana Nadia Tarsanto merupakan salahsatu Pengurus HIPTA yang juga mendukung kegiatan Visual Art Exhibition di Tugu Konstkring Paleis Jakarta tersebut, dengan menampilkan salahsatu karya lukis beraliran Abstrak dengan media Cat Air.
Dengan ilustrasi bangunan Gedung bertingkat serta garis-garis yang menunjukkan kota Metropolitan yang megah namun menyimpan berjuta masalah, menghasilkan karya seni ungkapan emosional pelukis, seni perpaduan abstrak dengan ekspresionis tersebut juga hasil rangkaian seni Puisi, dimana setiap karya Nadia selalu diawali dengan sebuah karya Puisi, yang kemudian dituangkan pada kanvas serta cat air, sehingga menimbulkan Karya Seni Lukis penuh emosi, baik senang, bahagia, sedih, cemas semua berubah menjadi warna-warni diujung kuwas, dimana Nadia mengaku nuansa warna muncuk secara tiba-tiba sesuai hati dan naruni.
Melukis dengan air diakui Nadia Tarsanto, lebih sulit daripada memakai cat minyak, karena goresan kanvas dengan cat air tidak bisa dihapus atau ditiban, sehingga sekali gores harus jadi, disitulah tingkat kesulitan melukis dengan air, namun kita tetap mengutamakan ketelitian, imajinasi hingga emosional, untuk menghasilkan salahsatu karya seni lukis, ungkapnya.
Karya Seni Rupa atau Lukisan dari Alumni Universitas Trisakti dan Northrop Uni, California serta memperdalam melukis kepada Marilyn Hoek Neal, Maters Cat Air di Santa Monica, diakuinya jumlahnya tidak banyak, namun karyanya banyak menjadi koleksi para Kolektor Seni Lukis dalam dan luar negeri, demikian juga Karya goresan kanvas yang kini di pamerkan bersama Himpunan Perupa Jakarta kali ini hanya di pamerkan 1 Lukisan dengan harga mahar 15 juta rupiah, merupakan karya seni perpaduan emosional dari pertarungan perasaan galau, indah bertarung melawan kegelapan, kegagalan, ngeri-ngeri sedap, hingga harapan sebuah kehidupan perkotaan, pelukis yakin dengan Campur Tangan Tuhan, semua akan dapat tertanggulangi, pancaran cahaya gedung bertingkat ditambah goresan ilustrasi abstrak, bisa juga diartikan sebagai transportasi Jakarta, ungkap Nadia Tarsanto yang siap menggelar Pameran Tunggal di Balai Budaya pada awal 2020 mendatang. (Nurul).
Perupa Indonesia yang cukup lama melanglang buana ke Eropa ini, Nadia Tarsanto pada 27 Agustus hingga 27 September 2019 mengikuti Iven Visual Art Exhibition di Tugu Konstkring Paleis Jakarta, tepatnya di Gedung Exs kantor Imigrasi yang pada masa kekuasaan Hindia Belanda juga dijadikan tempat Pameran Karya Pergelaran Musik, Kuliah Seni dan Kelas Lukis serta Perpustakaan Seni hingga 1942, tepatnya di jalan Teuku Umar No.1 Gandaria Jakarta Pusat.
Pameran Seni Rupa bertema “Trans Jakarta” tersebut digelar Himpunan Perupa Jakarta, dibawah koordinasi Ketua HIPTA Jakarta, Andi Suandi, dimana Nadia Tarsanto merupakan salahsatu Pengurus HIPTA yang juga mendukung kegiatan Visual Art Exhibition di Tugu Konstkring Paleis Jakarta tersebut, dengan menampilkan salahsatu karya lukis beraliran Abstrak dengan media Cat Air.
Dengan ilustrasi bangunan Gedung bertingkat serta garis-garis yang menunjukkan kota Metropolitan yang megah namun menyimpan berjuta masalah, menghasilkan karya seni ungkapan emosional pelukis, seni perpaduan abstrak dengan ekspresionis tersebut juga hasil rangkaian seni Puisi, dimana setiap karya Nadia selalu diawali dengan sebuah karya Puisi, yang kemudian dituangkan pada kanvas serta cat air, sehingga menimbulkan Karya Seni Lukis penuh emosi, baik senang, bahagia, sedih, cemas semua berubah menjadi warna-warni diujung kuwas, dimana Nadia mengaku nuansa warna muncuk secara tiba-tiba sesuai hati dan naruni.
Melukis dengan air diakui Nadia Tarsanto, lebih sulit daripada memakai cat minyak, karena goresan kanvas dengan cat air tidak bisa dihapus atau ditiban, sehingga sekali gores harus jadi, disitulah tingkat kesulitan melukis dengan air, namun kita tetap mengutamakan ketelitian, imajinasi hingga emosional, untuk menghasilkan salahsatu karya seni lukis, ungkapnya.
Karya Seni Rupa atau Lukisan dari Alumni Universitas Trisakti dan Northrop Uni, California serta memperdalam melukis kepada Marilyn Hoek Neal, Maters Cat Air di Santa Monica, diakuinya jumlahnya tidak banyak, namun karyanya banyak menjadi koleksi para Kolektor Seni Lukis dalam dan luar negeri, demikian juga Karya goresan kanvas yang kini di pamerkan bersama Himpunan Perupa Jakarta kali ini hanya di pamerkan 1 Lukisan dengan harga mahar 15 juta rupiah, merupakan karya seni perpaduan emosional dari pertarungan perasaan galau, indah bertarung melawan kegelapan, kegagalan, ngeri-ngeri sedap, hingga harapan sebuah kehidupan perkotaan, pelukis yakin dengan Campur Tangan Tuhan, semua akan dapat tertanggulangi, pancaran cahaya gedung bertingkat ditambah goresan ilustrasi abstrak, bisa juga diartikan sebagai transportasi Jakarta, ungkap Nadia Tarsanto yang siap menggelar Pameran Tunggal di Balai Budaya pada awal 2020 mendatang. (Nurul).
0 komentar:
Posting Komentar